REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly mengatakan batalnya kesepakatan kapal selam dengan Australia disebabkan tidak adanya dialog politik di NATO. Tapi, ia juga menolak gagasan Prancis keluar dari aliansi pertahanan tersebut.
Prancis kehilangan kesepakatan senilai 66 miliar dolar AS dengan Australia setelah Negeri Kanguru memutuskan untuk membuat kemitraan pertahanan dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Sehingga, mereka akan membangun kapal selam tenaga nuklir dengan teknologi dua negara tersebut.
"Perilaku Amerika Serikat dalam situasi mengenai program kapal selam memberi gambaran baru apa yang sudah kami sampaikan selama berbulan-bulan, yaitu tidak ada dialog politik di Aliansi Atlantik," kata Parly di sidang Senat Prancis, seperti dikutip Sputnik, Kamis (23/9).
Ia juga menolak gagasan Prancis keluar dari struktur komando NATO. Gagasan itu disampaikan sejumlah politisi Prancis usai kesepakatan kapal selam dengan Australia batal.
"Apakah hal pantas untuk menutup pintu pada NATO? Saya kira tidak," katanya pekan lalu.
Australia membatalkan kontrak senilai 66 miliar dolar AS dengan produsen kapal selam Prancis. Mereka memilih membangun kapal selam sendiri dengan teknologi nuklir dari AS dan Inggris. Pengumuman itu disampaikan setelah AS, Inggris dan Australia membentuk kemitraan keamanan yang dinamakan AUKUS.