REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR -- Aljazair menutup wilayah udara mereka untuk semua pesawat Maroko. Penutupan itu merupakan buntut dari perselisihan terbaru antara kedua negara mengenai Sahara Barat.
Penutupan wilayah udara itu diumumkan pada Rabu (22/9) setelah pertemuan Dewan Keamanan Tinggi yang diketuai oleh Presiden Abdelmadjid Tebboune. Penutupan berlaku bagi semua pesawat sipil dan militer serta yang terdaftar di Maroko.
"Keputusan itu dibuat karena provokasi yang terus berlanjut dan praktik permusuhan di pihak Maroko," ujar pernyataan pemerintah Aljazair, dilansir Aljazirah, Kamis (23/9).
Sebuah sumber di Royal Air Maroc (RAM) mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa, penutupan wilayah udara itu akan mempengaruhi 15 penerbangan mingguan yang menghubungkan Maroko dengan Tunisia, Turki dan Mesir. Sumber yang berbicara dengan syarat anonim, menggambarkan, dampak penutupan wilayah udara tidak signifikan, karena penerbangan dapat dialihkan melalui Mediterania.
Aljazair memutuskan hubungan diplomatik dengan Maroko pada 24 Agustus. Aljazair menuduh Maroko melakukan tindakan bermusuhan setelah berbulan-bulan terjadi peningkatan ketegangan antara kedua negara.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Aljazair telah memanggil duta besar untuk Maroko dan mengisyaratkan kemungkinan tindakan lebih lanjut. Langkah itu terkait dengan komentar dari utusan Maroko untuk PBB, Omar Hilal, di wilayah Kabylie di Aljazair. Pada pertemuan Gerakan Non-Blok, Hilal telah menyerukan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi orang-orang yang tinggal di wilayah Kabylie. Hal ini mengacu pada kelompok minoritas berbahasa Tamazight di Aljazair. Hilal telah menyarankan agar Aljazair tidak menyangkal, dan mendukung penentuan nasib sendiri untuk Sahara Barat.
Selain itu, normalisasi hubungan antara Maroko dengan Israel yang ditengahi oleh Amerika Serikat (AS) tahun lalu juga telah membuat marah Aljazair. Normalisasi tersebut merupakan quid pro quo untuk pengakuan AS terhadap kedaulatan Maroko atas Sahara Barat.
Perbatasan darat antara Aljazair dan Maroko telah ditutup sejak awal 1990-an karena masalah keamanan. Hal itu memperparah gesekan antara Aljazair dan Rabat yang hubungannya memburuk karena konflik.