REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di pusat Kota Tunis. Dengan penjagaan polisi yang ketat mereka memprotes pengambilalihkan kekuasaan yang dilakukan Presiden Kais Saied pada bulan Juli lalu dan menuntutnya mundur.
Pekan ini Saied mengesampingkan sebagian besar konstitusi 2014 dengan memberinya wewenang penuh dengan dekrit yang ia keluarga dua bulan setelah memecat perdana menteri dan membekukan parlemen. Ia mengambil alih kekuasaan eksekutif.
"Rakyat ingin kudeta jatuh, mundur" teriak para pengunjuk rasa di sepanjang jalan raya Habib Bourguiba, Ahad (26/9).
Jalan tersebut merupakan titik unjuk rasa yang mengakhiri kekuasaan masa jabatan Presiden Zainal Ali Abidin Ali pada 14 Januari lalu. Krisis ini membahayakan jalan Tunisia menuju demokrasi.
Melalui revolusi 2011 yang memicu 'Arab Spring', Tunisia menuju negara demokrasi. Krisis terbaru juga memperlambat upaya mengatasi ancaman terhadap keuangan publik, membuat para investor khawatir.