REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan pada Senin (28/9) bahwa program nuklir Iran telah mencapai titik krusial dan mendesak masyarakat internasional bertindak melawan Teheran.
Dalam pidatonya di sesi ke-76 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Bennett mengenyampingkan konflik Israel-Palestina dan malah fokus pada Iran dan program nuklirnya.
"Selama beberapa tahun terakhir, Iran telah membuat lompatan besar ke depan dalam penelitian dan pengembangan nuklirnya, dalam kapasitas produksinya, dan dalam pengayaannya," ucap Bennett.
Bennett menyerukan respons lebih lanjut komunitas internasional terhadap Iran dan menambahkan Iran telah melewati "semua garis merah." Dia menuduh Iran melatih kelompok-kelompok bersenjata di Timur Tengah untuk menerbangkan drone bersenjata melawan Israel.
Dia juga membuat komentar keras terhadap Presiden Iran Ebrahim Raisi dan menuduhnya memimpin "komisi kematian" pada 1988 yang bertanggung jawab atas pembunuhan 5.000 aktivis politik Iran. Israel menentang pembicaraan negara-negara besar dunia dan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir dengan Teheran yang ditandatangani pada 2015. Kesepakatan itu ditinggalkan Washington pada 2018 saat Presiden AS Donald Trump menjabat.
*Ditulis oleh Ahmed Asmar di Ankara