Rabu 29 Sep 2021 19:14 WIB

Buka Perbatasan dengan Suriah, Ini Harapan Yordania

Pemerintah Yordania berharap agar AS melonggarkan sanksi untuk Suriah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Kamp pengungsi dengan perbatasan Yordania Suriah.
Foto: AP
Kamp pengungsi dengan perbatasan Yordania Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, JABER -- Yordania membuka lagi sepenuhnya pintu utama perbatasan dengan Suriah. Kebijakan ini diambil dalam upaya memperbaiki ekonomi setelah negara-negara Arab mendesak integrasi ulang dua negara itu.

Yordania sempat menjauhi negara tetangganya yang didera perang saudara selama sepuluh tahun terakhir. Suriah menyalahkan sanksi-sanksi negara Barat atas kesulitan ekonomi yang mereka lalui.

Baca Juga

Negara Timur Tengah itu berharap dibukanya kembali jalur bisnis dengan negara tetangga di sebelah selatan dapat membantu memulihkan diri dari perang dan menarik lebih banyak mata uang asing. "Tujuan kesepahaman ini adalah untuk mendorong perdagangan antara dua negara untuk mencapai kepentingan semua pihak," kata Menteri Industri dan Perdagangan Yordania, Maha Al Ali pada stasiun televisi Al Mamlaka, Rabu (29/9).

Pemerintah Yordania yang dekat dengan Amerika Serikat (AS) dan Lebanon mendesak Washington untuk melonggarkan sanksi-sanksi terhadap Suriah. Pelonggaran sanksi dibutuhkan agar perdagangan dapat dilakukan.

Pada bulan ini Yordania, Lebanon Suriah dan Mesir yang juga sekutu AS, sepakat untuk mengirimkan gas alam Mesir ke Lebanon melalui pipa gas Suriah yang dibangun 20 tahun lalu dalam sebuah proyek kerja sama negara-negara Arab.

Negara-negara Arab memotong hubungan dengan Suriah selama perang sipil yang menurut PBB menewaskan 350.209 orang. Negara-negara Arab sekutu AS seperti Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mendukung kelompok yang melawan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

Namun Damaskus berhasil mengalahkan pemberontak dengan dukungan Rusia dan Iran. Perbatasan Jaber sudah dibuka sebagian pada tahun 2018 lalu setelah pemerintah Suriah mendorong pemberontak ke selatan tapi perdagangan belum pulih hingga sebelum perang yakni sekitar 1 miliar dolar AS.

Pemerintah Yordania mengatakan kunjungan delegasi ke Suriah yang dipimpin menteri ekonomi, perdagangan, pertanian, perairan dan listrik akan membahas pencabutan tarif hambatan.

Sebelum konflik perbatasan Jaber-Nasib menjadi rute transit ratusan truk setiap harinya. Truk-truk itu membawa berbagai komoditas ke Eropa, Turki dan negara-negara Teluk.

Setelah AS memberlakukan sanksi yang dikenal Undang-undang Caesar 2019 lalu, pengusaha-pengusaha Yordania berusaha menghindari berurusan dengan Suriah. Sanksi terkeras AS itu melarang pengusaha asing berdagang dengan Damaskus.

Amman berharap perdagangan lintas batas dan dibukanya kembali jalur transportasi akan membantu mendorong perekonomian Suriah yang terlilit hutang. Pandemi virus korona juga memukul keras perekonomian negara itu.

Pengusaha-pengusaha Yordania telah melobi pemerintah agar membujuk Washington meringankan sanksi impor dari Suriah. Banyak pengusaha Yordania yang sudah lama berdagang dengan Suriah.

Satu-satunya perbatasan Suriah yang berfungsi normal adalah dengan Lebanon. Beberapa tahun terakhir ini perbatasan dengan Irak juga dibukan setelah negara itu membuka kembali perbatasan Qaim pada tahun 2019 lalu.

Assad sudah berhasil menguasai sebagian besar Suriah tapi masih banyak wilayah yang belum ia kuasai. Turki mengerahkan banyak pasukan ke sebelah utara dan barat laut, benteng terakhir para pemberontak.

AS menempatkan pasukannya di wilayah timur dan timur laut yang dikuasai Kurdi. Maskapai pemerintah Yordania, Royal Jordanian akan segera membuka kembali penerbangan langsung ke Damaskus untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement