REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan Washington tidak berencana 'menormalisasikan atau memperbaiki' hubungan diplomatik dengan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. AS juga tidak mendorong negara lain melakukannya.
Pernyataan ini merespons pertanyaan mengenai apakah AS akan mendorong dan mendukung pendekatan terbaru Yordania dan Suriah. Hal itu setelah Yordania membuka kembali pintu utama perbatasan dengan Suriah pada Rabu (29/9) kemarin.
Yordania sempat menjauhi negara tetangganya yang dera perang saudara selama sepuluh tahun terakhir. Suriah menyalahkan sanksi-sanksi negara Barat atas kesulitan ekonomi yang mereka lalui.
Negara Timur Tengah itu berharap dibukanya kembali jalur bisnis dengan negara tetangga di sebelah selatan dapat membantu memulihkan diri dari perang dan menarik lebih banyak mata uang asing.
"AS tidak akan menormalisasikan atau memperbaiki hubungan diplomatik kami dengan rezim Assad atau mendukung yang lain melakukannya, mengingat kekejian yang dilakukan rezim Assad pada rakyat Suriah," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya seperti dikutip Alarabiya, Kamis (30/9).
"Assad tidak mendapatkan legitimasinya di mata kami dan tidak ada pernyataan mengenai normalisasi hubungan AS dengan pemerintahannya saat ini," tambah juru bicara.
Pernyataan ini menjadi sikap paling keras pemerintah Presiden Joe Biden mengenai Suriah. Kebijakan Biden pada Suriah fokus memastikan kekalahan permanen ISIS dan memberikan bantuan kemanusiaan pada rakyat negara Timur Tengah itu.
AS sudah menarik perwakilannya dari Suriah sejak 2012 lalu. Pemerintahan mantan Presiden Donald Trump memberlakukan sejumlah sanksi pada Assad dan orang-orang terdekatnya.