REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO - Mali menerima empat helikopter, senjata, dan amunisi dari Rusia pada Kamis (30/9) waktu setempat. Pembelian alat Rusia ini telah disepakati pada Desember 2020 untuk mendukung angkatan bersenjata Mali melawan pemberontak yang terkait dengan ISIS dan Al-Qaeda.
"Mali membeli helikopter-helikopter ini dari Federasi Rusia, negara sahabat yang dengan Mali selalu memelihara kemitraan yang sangat bermanfaat," kata Menteri Pertahanan Sementara Mali, Sadio Camara, kepada media lokal di landasan setelah pesawat mendarat di ibu kota Bamako.
Dia menyebut senjata dan amunisi diberikan oleh Rusia. Pengiriman itu dilakukan pada saat hubungan tegang antara Mali dan mitra militer utamanya Prancis.
Sebelumnya beredar laporan Bamako dapat merekrut tentara bayaran Rusia saat Paris membentuk kembali misi kontra-terorisme yang beranggotakan 5.000 orang di wilayah tersebut. Sumber diplomatik dan keamanan mengatakan junta militer Mali yang berusia satu tahun hampir merekrut Grup Wagner Rusia.
Sedangkan Prancis telah meluncurkan upaya diplomatik untuk menggagalkannya. Pihaknya mengatakan pengaturan seperti itu tidak sesuai dengan kehadiran Prancis yang berkelanjutan.
Perdana menteri Mali pada Sabtu pekan lalu menuduh Paris meninggalkan Bamako dalam pidatonya di PBB. Menanggapi tuduhan ini untuk pertama kalinya, Presiden Emmanuel Macron justru mempertanyakan legitimasi otoritas Mali yang mengawasi transisi ke pemulihan setelah dua kudeta hanya dalam waktu setahun.
"Apa yang dikatakan perdana menteri Mali tidak dapat diterima. Ini memalukan dan tidak menghormati apa yang bahkan bukan pemerintah," katanya kepada Radio France International.