Jumat 08 Oct 2021 12:17 WIB

Israel Dekati Oman Lakukan Normalisasi Hubungan Diplomatik

Israel mengklaim Oman dapat menjadi negara Arab berikutnya yang melakukan normalisasi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Bendera Oman. Israel mengklaim Oman dapat menjadi negara Arab berikutnya yang melakukan normalisasi.
Foto: Freepik
Bendera Oman. Israel mengklaim Oman dapat menjadi negara Arab berikutnya yang melakukan normalisasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Israel mengklaim Oman dapat menjadi negara Arab berikutnya yang melakukan normalisasi diplomatik dengannya. Penjajakan pun tengah dilakukan Tel Aviv dengan negara Timur Tengah lainnya, termasuk negara di Afrika Utara.

“Pada dasarnya kami berbicara kepada semua negara di kawasan ini, di Timur Tengah dan Afrika Utara. Mereka masing-masing harus memutuskan kapan waktu yang tepat untuk mereka dan bagaimana melakukannya. Kami berbicara dengan mereka semua, Oman juga, kami memiliki kerja sama yang berkelanjutan,” kata Kepala Divisi Timur Tengah dan Proses Perdamaian Kementerian Luar Negeri Israel Eliav Benjamin dikutip laman Middle East Monitor, Kamis (7/10).

Baca Juga

Pernyataan Benjamin muncul setelah Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mengatakan negaranya sedang bekerja untuk memperluas hubungannya dengan negara-negara Arab. “Saya tidak akan menyebutkan nama (negara) karena ini akan membahayakan proses. Namun, tentu saja, kami bekerja dengan Amerika Serikat (AS) dan dengan teman-teman baru di Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Maroko untuk memperluas ini ke negara-negara lain," ujar Lapid saat menghadiri konferensi tahunan Jewish Federations of North America's pada Rabu (6/10).

Pada 15 September 2020, Bahrain dan UEA menandatangani perjanjian normalisasi diplomatik dengan Israel.  Hal itu tercapai berkat mediasi dan dukungan AS di bawah kepemimpinan mantan presiden Donald Trump. Kesepakatan normalisasi tersebut dikenal dengan nama Abraham Accords.

Selain UEA dan Bahrain, AS pun membantu Israel melakukan normalisasi diplomatik dengan Sudan serta Maroko. Palestina mengecam kesepakatan damai tersebut. Menurut Palestina, apa yang dilakukan negara-negara Muslim terkait merupakan “tikaman” bagi perjuangannya memperoleh kemerdekaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement