REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Para dokter di Australia mengingatkan pelonggaran lockdown dinilai terlalu cepat di Sydney, New South Wales (NSW). Hal itu dianggap bisa membebani sistem kesehatan dan membahayakan nyawa.
"New South Wales tak boleh ceroboh di saat kritis seperti ini," kata Presiden Asosiasi Medis Australia (AMA) Omar Khorsid dalam pernyataan, dikutip reuters, Jumat (8/10).
Sydney bersiap mencabut lockdown pada pekan depan setelah lebih dari 100 hari melakukan pembatasan untuk menekan kasus COVID-19. Lockdown akan dihapus pada Senin mendatang, setelah tingkat vaksinasi penuh penduduk dewasa di NSW mencapai target 70 persen. Restoran dan tempat publik juga bersiap untuk beroperasi kembali.
Pemerintah sebelumnya telah mengisyaratkan untuk melonggarkan pembatasan perjalanan ke luar kota bagi warga Sydney. Pada Kamis lalu, otoritas setempat juga memutuskan untuk menaikkan batas jumlah orang yang boleh berkumpul di rumah, dalam pesta pernikahan, atau pemakaman.
Namun, keputusan itu membuat gusar para dokter di AMA. Menurut Khorsid, pelonggaran yang terlalu cepat bisa berujung pada kasus COVID-19 yang tak diinginkan.
Pemimpin NSW Dominic Perrottet membela keputusannya untuk melonggarkan pembatasan di tengah stabilnya penurunan kasus infeksi. Dia mengatakan pandemi juga merupakan krisis ekonomi.
Stuart Knox, pemilik restoran dan bar Fix Wine di tengah kota, mengaku bersemangat untuk memulai bisnis lagi meski persiapannya sulit.
"Kami masih menduga-duga, sebagai restoran di daerah bisnis kami tidak tahu berapa banyak pelanggan yang akan kembali dan apa yang kami hadapi nanti," kata dia.
Dia mengaku juga masih tak yakin untuk memeriksa status vaksinasi pelanggan. Sebab, aplikasi ponsel yang dijanjikan belum tersedia.
Kasus harian COVID-19 di NSW pada Jumat bertambah 646 dengan mayoritas kasus di Sydney. Angka itunaik dari 587 kasus pada Kamis. Angka rata-rata dalam sepekan terakhir telah turun ketika vaksinasi dosis pertama bagi warga berusia 16 tahun ke atas hampir mencapai 90 persen.
Australia tengah berjuang melawan gelombang infeksi ketiga yang dipicu varian Delta. Secara kumulatif, jumlah kasus COVID-19 di Australia mencapai sekitar 122.500, masih jauh lebih rendah dari kebanyakan negara maju lainnya.