Jumat 08 Oct 2021 20:17 WIB

Rusia Disarankan Caplok Wilayah Turki di Sebelah Timur

Margarita Simonyan ingin Rusia mengambil alih Gunung Agri di Timur Turki.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: Kremlin Pool Photo via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID,   MOSKOW -- Pemimpin redaksi saluran TV pemerintah Rusia, RT, Margarita Simonyan, mengatakan, Rusia harus mencaplok Gunung Agri (Ararat) dan Provinsi Kars di Turki timur. Simonyan, yang merupakan keturunan Armenia mengatakan kepada saluran TV Rossiya 1 bahwa, Rusia harus mencaplok wilayah tersebut dari Turki.

Komentar kontroversial Simonyan mengikuti komentar serupa oleh politisi Rusia dan pemimpin Partai Demokrat Liberal Rusia, Vladimir Zhirinovsky. Dia mengklaim bahwa, rezim khusus seperti tsar diperlukan untuk mengamankan Armenia.

Baca Juga

 “Rezim demokratis apa pun seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, atau Prancis tidak dapat diterima (untuk Rusia). Dan Anda, orang-orang Armenia, akan mendapatkan Kars dan Ardahan jika ada rezim yang ketat seperti seorang tsar.  Di bawah pemerintahan yang demokratis, bahkan Yerevan akan diambil dari Anda,” kata Zhirinovsky, dilansir Daily Sabah, Jumat (8/10).

Armenia dan Turki tidak pernah menjalin hubungan diplomatik. Perbatasan bersama keduanya telah ditutup sejak 1990-an. Hubungan mereka semakin memburuk karena dukungan Turki untuk sekutu regionalnya Azerbaijan, yang berperang dengan Armenia tahun lalu untuk menguasai wilayah Nagorno-Karabakh yang diduduki.

September lalu, Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinian, mengatakan, Yerevan siap mengadakan diskusi untuk memperbaiki hubungan dengan Ankara. Sementara itu, Turki dan Rusia memiliki hubungan yang kuat, karena keduanya menyoroti kerja sama dalam berbagai masalah regional.

Pada Juli, wakil tetap pertama Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy, mengatakan  Turki sedang berupaya untuk menjaga perdamaian dunia di wilayah krisis termasuk Libya, Suriah, dan Nagorno-Karabakh. Ankara dan Moskow menandatangani perjanjian untuk mendirikan pusat observasi bersama di Nagorno-Karabakh.

Kesepakatan yang ditengahi Rusia pada 10 November menghentikan konflik enam minggu antara pasukan Azerbaijan dan Armenia atas wilayah Nagorno-Karabakh dan daerah sekitarnya. Kesepakatan tersebut mengamankan keuntungan teritorial untuk Azerbaijan.  Turki setuju dengan Rusia bahwa pasukannya juga akan memantau gencatan senjata.

 Di sisi lain, Turki sering menyuarakan bahwa kedua negara telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan gencatan senjata di Suriah dan Libya. Sementara langkah-langkah lebih lanjut perlu diambil di Libya, untuk mengintegrasikan kembali lembaga-lembaga negara yang terpecah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement