REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan, Afghanistan seharusnya tidak lagi menjadi tempat yang aman bagi terorisme. Teroris tak hanya mengacaukan Afghanistan, tapi dunia.
“Terorisme mungkin tidak hanya mengacaukan Afghanistan, tetapi seluruh kawasan, dan mungkin juga dunia, ” ujar dia pada pertemuan virtual G20 pada Selasa.
Dia menggarisbawahi pentingnya bersatu dalam masalah ini dan PBB memiliki mandat luas guna mengoordinasikan semua kegiatan membantu warga Afghanistan. “Tujuan utama dari koordinasi ini adalah pertama dan terutama merespons keadaan darurat kemanusiaan dan kami mendukung misi bantuan PBB di Afghanistan,” ungkap dia.
Dia mendesak tindakan segera karena ada krisis kemanusiaan besar, yang memburuk menjelang musim dingin. Mengenai situasi ekonomi di negara itu, Draghi mengatakan akan ada krisis sistem keuangan di Afghanistan, karena sistem itu berada di ambang disfungsi.
“Bersamaan dengan itu, akan ada krisis sistem perbankan dan itu sama pentingnya dengan krisis kemanusiaan saat ini karena jika uang tidak mengalir, jika pembayaran tidak dapat dilakukan, ekonomi akan runtuh dan akan membuat bantuan apa pun menjadi lebih rumit,” tambah Draghi.
Tentang pandemi virus Corona, Draghi mengatakan G20 harus siap untuk memasok vaksin dan mendukung dimulainya kembali kampanye vaksinasi melalui Fasilitas Akses Global Vaksin Covid-19 (COVAX) Organisasi Kesehatan Dunia.
Usulan membentuk kelompok kerja
Draghi mengatakan kepada wartawan setelah pertemuan G20 bahwa negara-negara tetangga Afghanistan harus dimasukkan dalam masalah migrasi. Bantuan yang ditujukan untuk negara harus diprogramkan, tetapi saat ini belum ada koordinasi.
"Saya langsung mengatakan bahwa ini adalah proposal yang menarik. Tetapi anggota lain juga harus menyetujui masalah ini. Kami akan membicarakan masalah ini dengan anggota lain dalam beberapa hari mendatang."
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengusulkan pembentukan kelompok kerja di Afghanistan di bawah G20 untuk mengatasi situasi di sana di bidang politik, ekonomi, dan kemanusiaan.
Taliban merebut Kabul pada 15 Agustus, memaksa presiden dan pejabat tinggi lainnya meninggalkan negara itu. Taliban telah membentuk pemerintahan sementara yang dipimpin Hasan Akhund.
Kekuatan dunia telah meminta kelompok itu untuk membentuk pemerintahan inklusif yang mewakili keragaman etnis bangsa Afghanistan.