REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Program bahasa musim panas intensif yang diselenggarakan oleh Harvard University di Beijing akan dipindahkan ke Taipei pada musim panas 2022. Keputusan itu mempertimbangkan hubungan Amerika Serikat (AS)-China yang tetap tegang.
National Taiwan University mengonfirmasi pada Rabu (13/10) program ini pindah ke Taipei. Program tersebut akan dimulai musim panas mendatang dengan sekitar 60 siswa yang akan mengambil kelas selama delapan pekan.
Menurut surat kabar mahasiswa Harvard Crimson yang pertama kali melaporkan langkah tersebut, keputusan itu sebagian diambil karena kurangnya keramahan dari lembaga tuan rumah di Beijing. Setiap musim panas program biasanya akan menjadi tuan rumah pesta kecil untuk merayakan 4 Juli. Biasanya mahasiswa dan fakultas akan makan pizza dan menyanyikan lagu kebangsaan.
Direktur Program Jennifer L. Liu mengatakan pada 2019, universitas tuan rumah, Beijing Language and Culture University (BLCU), mengatakan tidak dapat lagi menjadi tuan rumah acara tersebut. Masalah logistik pun memengaruhi keputusan tersebut.
Liu mengatakan kepada Crimson bahwa BLCU tidak menyediakan satu asrama untuk semua siswa. Kampus itu justru mengharuskan program membagi mahasiswa menjadi dua asrama yang berbeda dengan kualitas yang berbeda atau untuk menemukan hotel yang dapat menyatukan mahasiswa mereka.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan tidak tahu masalah khusus dengan program tersebut ketika ditanya tentang langkah tersebut. "China selalu menyambut mahasiswa internasional untuk belajar di China, sangat mementingkan perlindungan hak dan kepentingan sah mereka, dan secara proaktif menanggapi kekhawatiran dan permintaan siswa yang masuk akal," ujarnya.
National Taiwan University sebelumnya menyatakan kampus telah membahas keputusan tersebut sejak 2019. Perubahan tersebut akan dimulai pada 2020 tetapi ditangguhkan karena pandemi.
Program ini dirancang untuk pelajar bahasa Mandarin tingkat menengah dan lanjutan. Seperti banyak program studi di luar negeri lainnya, program ini menampilkan perjalanan ke landmark budaya dan sejarah lokal. Di Beijing, mahasiswa akan mengunjungi Tembok Besar, Istana Musim Panas, dan pergi jalan-jalan dengan mahasiswa lokal. Selain menghafal kosakata atau struktur tata bahasa, peserta program mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan warga lokal.
Sedangkan di Taiwan, mahasiswa akan dapat mengunjungi tempat-tempat seperti Museum Istana Nasional, yang menyimpan banyak harta karun yang pernah ada di Kota Terlarang Beijing, serta pasar malam terkenal Taiwan dan Gunung Yangming. "Kami berharap dapat meletakkan dasar China yang kokoh bagi mahasiswa Harvard yang berprestasi dalam suasana akademik bebas NTU," kata universitas itu dalam sebuah pernyataan.
Taiwan dan China berpisah selama perang saudara pada 1949. Beijing mengklaim Taipei bagian dari daratan dan tidak mengesampingkan kekuatan dalam menyatukan kembali dengan pulau itu.