REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sekitar 400 ekor koala Australia akan disuntik vaksin anti klamidia dalam sebuah uji coba. Penyuntikan diharapkan dapat berperan penting dalam pelestarian koala untuk jangka panjang.
Klamidia, penyakit yang ditularkan secara seksual dan juga ditemukan pada manusia, telah menyebar luas pada koala dan menjangkiti setengah populasinya di sejumlah kawasan. "Ini adalah penyakit ganas penyebab konjungtivitis yang melemaskan, infeksi kandung kemih, dan terkadang, kemandulan," kata Amber Gillett, dokter hewan liar di Rumah Sakit Alam Liar Kebun Binatang Australia yang juga koordinator penelitian, dalam pernyataan pada Jumat (15/10) saat uji coba dimulai.
Penyakit dari bakteri itu, yang bisa ditularkan oleh induk kepada anaknya yang baru lahir, juga bisa menyebabkan kebutaan. Setiap koala akan diberikan satu dosis vaksin dan dipasangi microchip sebelum dilepaskan ke alam liar.
"Sementara vaksinasi ini akan memberi manfaat langsung pada hewan tersebut, uji coba juga akan difokuskan pada perlindungan yang diberikan vaksinasi," kata Peter Timms, profesor mikrobiologi di Universitas Sunshine Coast, yang memimpin uji coba.
Meskipun di banyak kasus klamidia dapat diobati dengan antibiotik, para peneliti mengatakan mereka berharap vaksin akan membantu meningkatkan kelangsungan hidup dan perkembangbiakan hewan tersebut. Perkiraan populasi koala bervariasi karena mereka sulit dihitung di alam liar.
Sebuah penelitian oleh Universitas Queensland pada 2016 menghitung masih ada sekitar 330.000 ekor koala di Australia. Sebuah studi yang dilakukan World Wildlife Fund (WWF) memperkirakan bahwa lebih dari 60.000 ekor koala telah mati, terluka atau terdampak oleh kebakaran hutan di Australia pada 2019 dan awal 2020, dilansir dari Reuters, Sabtu (16/10).