Selasa 19 Oct 2021 00:05 WIB

Panglima Militer Myanmar Min Aung Hlaing Sindir ASEAN

Panglima menyalahkan lawan lawannya yang menyebabkan kekerasan di Myanmar.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Panglima Junta Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten (24/4/2021). Kedatangan Jenderal Min Aung Hlaing untuk menghadiri KTT ASEAN 2021di Sekretariat ASEAN, Jakarta.
Foto: Antara/Biro Pers-Rusan/hma
Panglima Junta Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten (24/4/2021). Kedatangan Jenderal Min Aung Hlaing untuk menghadiri KTT ASEAN 2021di Sekretariat ASEAN, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Panglima militer Myanmar Min Aung Hlaing menegaskan militer ingin memulihkan ketertiban dan membawa perdamaian di Myanmar. Dia menyalahkan lawan-lawannya yang menyebabkan kekerasan di Myanmar usai kudeta Februari.

"Lebih banyak kekerasan terjadi karena provokasi kelompok teroris,” kata Min Aung Hlaing dalam pidato di televisi, merujuk pada mereka yang menentang aturan militer.

Baca Juga

Seperti dikutip dari Aljazirah, Min Aung Hlaing membuat komentar dalam sebuah pidato di televisi pemerintah pada Senin (18/10). Langkah itu usai ASEAN mengumumkan pada akhir pekan bahwa akan mengundang perwakilan non-politik dari Myanmar dalam pertemuan KTT pada 26-28 Oktober.

"Tidak ada yang peduli dengan kekerasan mereka, dan hanya menuntut kita menyelesaikan masalah ini. ASEAN harus bekerja untuk itu," ujar junta tersebut menyindir ASEAN.

Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), pasukan keamanan telah membunuh sekitar 1.178 orang, termasuk anak-anak, sejak kudeta.

Militer mengakhiri transisi bertahap Myanmar menuju demokrasi ketika merebut kekuasaan tepat saat parlemen akan bersidang menyusul penetapan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi ke tampuk kekuasaan lagi. Kudeta itu memicu protes massa di tengah penentangan yang meluas terhadap pemerintahan militer.

Di sisi lain, oposisi junta, Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), menyambut baik keputusan ASEAN. Mereka bersedia menerima alternatif yang benar-benar netral.

"ASEAN mengecualikan Min Aung Hlaing merupakan langkah penting, tetapi kami meminta agar mereka mengakui kami sebagai perwakilan yang tepat," kata juru bicara NUG Dr Sasa.

Sebagai bagian dari langkah-langkah yang disepakati di bawah rencana aksi lima poin dengan ASEAN pada April, militer seharusnya mengakhiri kekerasan dan mengizinkan utusan khusus ASEAN untuk mengunjungi negara. Utusan  dapat bertemu dengan semua pihak, termasuk Aung San Suu Kyi yang  telah ditahan sejak 1 Februari

Tapi, pertempuran terus berkobar, terutama di daerah perbatasan seperti negara bagian Chin di barat laut tempat ribuan orang terpaksa meninggalkan rumahnya. Pekan lalu, militer juga mengatakan bahwa utusan ASEAN tidak akan diizinkan bertemu Aung San Suu Kyi. ASEAN menyatakan berjanjian dengan junta Myanmar tak ada kemajuan. ASEAN akhirnya akan meneriman utusan nonpolitis pada KTT, dan meniadakan kehadiran junta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement