Selasa 19 Oct 2021 10:51 WIB

AS Berencana Izinkan Merek Berbeda untuk Vaksin Booster

AS berencana izinkan pemberian vaksin booster yang berbeda dari dosis pertama.

Vaksin Johnson & Johnson atau vaksin Janssen (ilustrasi). Panel penasihat FDA dilaporkan mendukung penggunaan booster dengan vaksin produksi Moderna serta Johnson & Johnson.
Foto:

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pemberian vaksin Covid-19 dari merek atau produk yang berbeda tetap aman dan efektif. Bahkan, penggunaan vaksin yang tak sama untuk dosis booster dapat memicu respons sistem kekebalan yang lebih kuat.

Penelitian tentang mix and match vaksin Covid-19 mengacu pada pemberian dosis penguat (booster) dengan vaksin yang berbeda dari jenis vaksin yang digunakan untuk suntikan pertama dan kedua. Studi dari National Institutes of Health (NIH) di Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa orang yang menerima vaksin Johnson & Johnson menghasilkan tingkat antibodi yang lebih kuat setelah mereka mendapat suntikan booster vaksin buatan Moderna atau Pfizer,  dibandingkan dengan dosis penguat dari Johnson & Johnson.

Sementara, orang-orang yang awalnya divaksinasi dengan Pfizer atau Moderna dan menerima booster dengan merek yang sama, menghasilkan respons kekebalan yang sama kuatnya. John Beigel, direktur asosiasi untuk penelitian klinis di Divisi Mikrobiologi dan Penyakit Menular di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan, lebih banyak penelitian akan dilakukan dan memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan menyeluruh dari temuan awal.

"Menurut saya, ini adalah bagian penting karena memberi tahu Anda bagaimana kita dapat menggunakan vaksin secara bergantian dan apa yang terjadi jika kita melakukannya," ujar Beigel, dilansir NBC, Kamis (14/10).

Meski demikian, Beigel menyebut bahwa penelitian ini tidak dirancang untuk mengidentifikasi booster mana atau kombinasi vaksin mana yang lebih unggul. Sebaliknya, studi lakukan dapat memberikan bukti bahwa vaksin dan booster dapat digunakan dengan aman dalam kombinasi yang berbeda.

sumber : Antara, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement