REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin menjamu Perdana Menteri Israel Naftali Bennett di kediamannya Bocharov Ruchey di resor Laut Hitam Rusia Sochi pada Jumat (22/10). Ini adalah pertemuan pertama kedua pemimpin sejak Bennett menjabat sebagai perdana menteri Israel pada Juni.
Membuka pertemuan itu, Putin memuji hubungan Rusia-Israel sebagai kondisi yang unik. Dia mengatakan volume perdagangan dan hubungan ekonomi memang sederhana tetapi mereka berada pada lintasan yang positif.
Putin menambahkan, Israel adalah rumah bagi komunitas berbahasa Rusia terbesar di luar negeri. Dia pun menyatakan harapan bahwa pemerintah Bennett akan mengejar kebijakan kesinambungan dalam hubungan bilateral
"Rusia mengembangkan hubungan yang cukup bisnis dan saling percaya dengan pemerintah sebelumnya," ujar Putin dikutip dari Anadolu Agency.
Pemimpin Rusia menyarankan pertukaran pendapat tentang Suriah dan situasi di kawasan secara umum. Dia menyinggung ada masalah hanya saja ada titik kontak dan peluang kerja sama, terutama dalam perang melawan terorisme.
Bennett setuju bahwa hubungan Rusia-Israel istimewa karena kesamaan masa lalu, sekarang, dan masa depan. Dia mengingat peran Soviet dalam Perang Dunia II,dan bersumpah untuk menyampaikan kepada generasi mendatang perasaan terima kasih kepada Rusia.
"Nanti kita bahas secara detail, saya yakin Pak Presiden, kerja sama ekonomi kita... kita punya potensi besar, dan kita bisa aktif meningkatkan volume omzet perdagangan kita,” ujar Bennett.
Perdana menteri Israel mengatakan ingin membahas perkembangan di Suriah dan kesepakatan nuklir Iran 2015. Israel telah menyatakan penentangan terhadap langkah pemerintahan Amerika Serikat yang baru untuk mencoba menghidupkan kembali perjanjian tersebut.
Rusia dan Israel telah mengembangkan hubungan dekat. Hanya saja Tel Aviv merupakan sekutu dekat Washington sedangkan Moskow adalah pihak yang sering kali berseteru dengan Barat, termasuk Washington.