REPUBLIKA.CO.ID, WINDHOEK -- Namibia akan menangguhkan penggunaan vaksin Sputnik V asal Rusia. Hal itu dilakukan setelah regulator obat-obatan di Afrika Selatan, SAHPRA, mengutarakan kekhawatirannya perihal keamanan vaksin tersebut bagi orang yang berisiko HIV.
Kementerian Kesehatan Namibia mengungkapkan, mereka memang menjadikan keputusan SAHPRA menjadi pertimbangan. “(Sputnik V ditangguhkan) karena sangat berhati-hati bahwa laki-laki yang menerima Sputnik V mungkin berisiko lebih tinggi tertular HIV,” katanya dalam sebuah pernyataan, Ahad (24/10).
Namibia mengatakan penangguhan akan berlangsung hingga Sputnik V menerima Daftar Penggunaan Darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). The Gamaleya Research Institute, lembaga yang mengembangkan Sputnik V, mengatakan keputusan Namibia tidak didasarkan pada bukti atau penelitian ilmiah apa pun.
“Sementara adenovirus, termasuk ad-5, adalah salah satu penyebab paling sering dari flu biasa ringan, tidak ada bukti peningkatan risiko infeksi HIV di antara populasi manusia setelah flu biasa. Spekulasi yang tidak akurat ini yang sejak itu telah dibantah terkait dengan uji klinis yang gagal dari vaksin HIV lain oleh produsen lain yang tampaknya tidak cukup efektif,” kata The Gamaleya Research Institute.
Sebelumnya SAHPRA memutuskan untuk tidak menyetujui aplikasi penggunaan darurat Sputnik V. Hal itu karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian vaksin menggunakan vektor Adenovirus Tipe 5, yang dilakukan Sputnik V, dikaitkan dengan kerentanan yang lebih tinggi terhadap HIV pada pria.