RDIF dan GL Rapha sepakat memproduksi lebih dari 150 juta dosis vaksin Sputnik V per tahun. Secara keseluruhan, kontrak RDIF sebelumnya dengan mitra asing memungkinkan produksi tahunan lebih dari 1 miliar dosis vaksin Sputnik V dan Sputnik Light setiap tahun di luar Rusia, menurut perusahaan.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum memberikan izin penggunaan darurat (EUL) vaksin Covid-19 Sputnik V. Menurut informasi di situs resminya, Rabu (20/10), WHO mengatakan masih meninjau hal tersebut.
"Seperti calon-calon vaksin lainnya, WHO masih memproses vaksin Sputnik V dari berbagai lokasi manufaktur dan akan memublikasikan keputusan mereka mengenai status EUL (Izin Penggunaan Darurat) begitu semua data tersedia dan evaluasi rampung," tulis pernyataan WHO kepada Reuters via e-mail.
WHO mengaku sudah memulai kembali proses penilaian vaksin Rusia tersebut dan menunggu kelengkapan unit-unit data yang diajukan secara terpisah (rolling submission). Russian Direct Investment Fund (RDIF), yang memasarkan Sputnik V di luar negeri, mengatakan sekelompok pengawas WHO akan segera mengunjungi Rusia untuk mengumpulkan semua tinjauan dan dokumen yang diperlukan tentang Sputnik V.
Secara terpisah, Kepala RDIF Kirill Dmitriev mengatakan kepada CNN bahwa ia berharap WHO dapat menyetujui vaksin Sputnik V dalam beberapa bulan lagi. Berdasarkan tinjauannya tentang cara Rusia memproduksi vaksin Sputnik V, WHO pada Juli menemui sejumlah masalah terkait pengisian ampul di salah satu pabrik.
Pihak perusahaan mengatakan bahwa sejak saat itu mereka telah mengatasi segala kekhawatiran WHO. RDIF mendanai sistem pengujian, obat, dan vaksin Covid-19. Mereka juga mendukung vaksin Sputnik V yang dikembangkan Institut Gamaleya dan berinvestasi dalam pembuatan vaksin secara massal.