Kamis 28 Oct 2021 11:24 WIB

Senjata China Kian Canggih, AS Perlu Adaptasi

Pengembangan teknologi persenjataan AS disebut berada di belakang China.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD).
Foto: Reuters/Missile Defense Agency
Sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kepala Staf Gabungan Angkatan Darat, Mark Milley, mengatakan, teknologi dan kemampuan persenjataan China telah berkembang pesat, dan Amerika Serikat harus beradaptasi. Milley mengatakan, militer AS saat ini berada dalam perubahan 'karakter perang' sehingga harus menyesuaikan.

“Sekarang, jika Anda mundur selangkah, apa yang kita lihat dari segi sejarah, kita berada di salah satu perubahan paling signifikan dalam apa yang saya sebut karakter perang. Kita harus menyesuaikan militer kita ke depan," kata Milley, dilansir Aljazirah, Kamis (28/10).

Baca Juga

Milley menyebut, uji coba rudal hipersonik China sangat mirip dengan momen Sputnik. Hal ini merujuk pada peluncuran satelit Uni Soviet, Sputnik, pada 1957 yang menandakan keunggulan substansial mereka dalam perlombaan luar angkasa.

“Saya tidak tahu apakah ini momen Sputnik, tapi saya pikir itu sangat dekat dengan itu,” kata Milley.

Seperti peluncuran Sputnik, para analis mengatakan, uji coba rudal hipersonik China dapat meluncurkan perlombaan teknologi berkelanjutan antar negara adidaya. Dalam wawancara dengan Bloomberg, Milley mengatakan, AS telah mengembangkan teknologi untuk senjata hipersonik, kecerdasan buatan, dan robotika.

Beberapa hari sebelumnya, Pentagon mengumumkan telah melakukan tiga tes pada komponen yang akan menginformasikan pengembangan sistem senjata hipersonik AS. Namun,  kepala kontraktor pertahanan utama, Raytheon memperingatkan bahwa pengembangan teknologi persenjataan AS berada di belakang China.

Pekan lalu, Financial Times melaporkan bahwa China telah melakukan dua uji coba sistem senjata hipersonik baru. Menurut para analis, senjata tersebut dapat mengirimkan muatan dengan sangat cepat, menghindari sistem radar modern, dan kemungkinan telah melampaui kemampuan AS saat ini.

Financial Times melaporkan, pada 27 Juli, Beijing meluncurkan roket yang menggunakan sistem pengeboman orbital pecahan untuk mendorong kendaraan luncur hipersonik berkemampuan nuklir di sekitar Bumi untuk pertama kalinya. Kemudian pada 13 Agustus, Cina melakukan uji hipersonik kedua. Uji coba senjata hipersonik Cina tersebut telah mengejutkan para pejabat AS.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement