REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) memulai latihan angkatan udara bersama pada Senin (1/11). Latihan gabungan dilakukan di tengah uji coba rudal Korea Utara, dan seruan untuk memulai kembali pembicaraan denuklirisasi.
Latihan gabungan Korea Selatan dan AS akan berlangsung selama lima hari. Yonhap melaporkan, sekitar 100 pesawat dikirim dari masing-masing pihak, termasuk F-15K dan KF-16 milik Korea Selatan dan F-16 milik AS.
Sejauh ini tidak ada peralatan atau tentara dari angkatan darat AS yang bergabung dalam latihan tersebut. Seorang juru bicara angkatan udara Korea Selatan menolak untuk mengkonfirmasi laporan latihan gabungan tersebut.
Latihan itu dilakukan setelah Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik yang diluncurkan kapal selam belum lama ini. Utusan AS untuk Korea Utara, Sung Kim, mengecam uji coba rudal itu. Sung mengatakan, uji coba rudal sangat mengkhawatirkan dan kontraproduktif.
Korea Utara sejauh ini menolak tawaran AS untuk bernegosiasi. Korea Utara menuduh Washington dan Seoul menerapkan "standar ganda" dengan mengkritik program senjata Pyongyang. Namun di sisi lain, AS dan Korea Selatan membicarakan diplomasi dan memicu ketegangan dengan kegiatan militer mereka.
Sebelumnya, AS dan Korea Selatan menggelar latihan gabungan yang disebut Vigilant Ace. Latihan tersebut memobilisasi puluhan ribu tentara dan ratusan jet tempur mutakhir, termasuk pesawat pengebom, dan pesawat tempur lainnya.
Tetapi program itu telah dikurangi sejak 2017, untuk memfasilitasi pembicaraan yang bertujuan mengakhiri program nuklir dan rudal Pyongyang dengan imbalan keringanan sanksi AS.