Rabu 03 Nov 2021 03:09 WIB

Bahrain Minta Warganya Segera Meninggalkan Lebanon

Sebagai imbas dari krisis berkepanjangan, Bahrain minta warganya tinggalkan Lebanon

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Christiyaningsih
 Sebuah lubang senjata terlihat di jendela sebuah gedung sehari setelah bentrokan di daerah Tayouneh di Beirut, Lebanon, 15 Oktober 2021. Sedikitnya enam orang tewas dan 20 terluka dalam unjuk rasa di Beirut yang diselenggarakan oleh gerakan Hizbullah dan Amal untuk menuntut pemecatan penyelidik utama ledakan di Beirut.
Foto: EPA-EFE/WAEL HAMZEH
Sebuah lubang senjata terlihat di jendela sebuah gedung sehari setelah bentrokan di daerah Tayouneh di Beirut, Lebanon, 15 Oktober 2021. Sedikitnya enam orang tewas dan 20 terluka dalam unjuk rasa di Beirut yang diselenggarakan oleh gerakan Hizbullah dan Amal untuk menuntut pemecatan penyelidik utama ledakan di Beirut.

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMAH -- Kementerian luar negeri Bahrain meminta warganya yang berada di Lebanon saat ini untuk segera pergi meninggalkan negara tersebut, Selasa (2/11). Keputusan ini diyakini sebagai imbas dari krisis yang dialami Lebanon sejak ledakan Beirut hingga konflik dengan Arab Saudi.

Akhir Oktober lalu, Arab Saudi memerintahkan duta besar Lebanon untuk segera meninggalkan kerajaan itu. Arab Saudi juga melarang semua impor Lebanon dalam merespons pernyataan keras menteri Lebanon mengenai intervensi militer Arab Saudi di Yaman.

Baca Juga

Keretakan diplomatik ini mendorong kabinet Lebanon ke krisis yang lebih parah sebab mereka tengah menggalang dukungan Arab untuk membantu perekonomian Lebanon yang sedang sakit. Kantor berita SPA melaporkan Arab Saudi juga memanggil pulang duta besarnya dari Lebanon.

Seperti dikutip dari the Jerusalem Post pada Ahad (30/10), keputusan Riyadh ini diambil setelah wawancara Menteri Informasi Lebanon George Kordahi yang ditayangkan program daring yang berafiliasi dengan jaringan Aljazirah. Pada 5 Agustus lalu Kordahi membuat pernyataan keras mengenai perang di Yaman.

Ia mengatakan Yaman subjek dari agresi dan Houthi yang didukung Iran membela diri mereka. Perselisihan ini menjadi tantangan terbaru pemerintahan Perdana Menteri Najib Mikati yang tengah mengalami kelumpuhan politik seputar penyelidikan ledakan pelabuhan Beirut.

Keretakan diplomatik juga menyebar ke negara-negara Arab Teluk lainnya. Bahrain juga memanggil Duta Besar Lebanon setelah Arab Saudi mengumumkan keputusannya. Pada Jumat (29/10) sore kemarin Mikati menelepon Kordahi.

Ia meminta menterinya itu untuk mengedepankan kepentingan nasional lebih dulu. "Ambil keputusan yang tepat untuk memperbaiki hubungan Lebanon dengan Arab Saudi," kata pernyataan yang dirilis kantor kepresidenan Lebanon.

Sumber yang mengetahui persoalan ini mengatakan eskalasi dengan Arab Saudi menambah tekanan Kordahi untuk mengundurkan diri demi menghindari konsekuensi yang lebih parah. Sebelumnya Mikati telah menegaskan pemerintahnya berkomitmen memiliki hubungan baik dengan Arab Saudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement