Musim panas kelabu
Bencana alam terkait iklim lainnya juga menghantam China di musim panas. Pada bulan Juli, tercatat suhunya terpanas dalam 142 tahun terakhir, demikian menurut pakar cuaca AS. Ganggang biru-hijau beracun mekar seluas 1.748 kilometer persegi menelan perairan pesisir kota makmur Qingdao.
Akibatnya navigasi, sektor perikanan dan pariwisata terganggu. Siaran televisi pemerintah memperlihatkan rekaman orang-orang yang menggunakan truk sampah untuk memindahkan gundukan alga.
Ancaman lain bagi provinsi pesisir China adalah kenaikan permukaan laut. Catatan pemerintah menunjukkan bahwa permukaan air di pantai telah meningkat sekitar 122 milimeter antara tahun 1980 dan 2017 dan diprediksi dalam 30 tahun ke depan, air bisa naik 70 hingga 160 milimeter.
Karena wilayah pesisir China sebagian besar datar, sedikit saja terjadi kenaikan permukaan laut akan memperburuk banjir di daratan yang luas, meratakan properti tepi laut yang mahal dan menyebabkan habitatnya dalam kondisi kritis, demikian hasil laporan pemerintah.
"Saya kira dampak-dampak ini memicu kebangkitan nasional. Saya berpikir orang semakin bertanya, "Mengapa cuaca ekstrem seperti ini terjadi?' Apa akar masalahnya?'' kata Li Shuo, seorang ahli kebijakan iklim Greenpeace Asia Timur di Beijing.
"Saya rasa hal ini membawa para pembuat kebijakan Cina dan masyarakat umum untuk menyadari bahwa kita memang berada dalam keadaan darurat iklim," kata dia.
sumber: https://www.dw.com/id/kisah-derita-petani-cina-akibat-banjir/a-59729248