REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Banyak negara dengan penyumbang emisi karbon terbesar telah berjanji untuk mengintensifkan pengurangan karbon mereka selama beberapa dekade mendatang. Beberapa negara bermaksud mencapai nol bersih pada emisi karbon pada 2050.
Namun, para pemimpin negara-negara Kepulauan Pasifik menuntut tindakan segera. Negara itu menekankan bahwa kelangsungan hidup negara-negara dataran rendah sedang dipertaruhkan.
Menteri luar negeri Tuvalu Simon Kofe menyampaikan pidato untuk konferensi iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP26) di Glasgow sambil berdiri di air laut hingga setinggi lutut. Aksi itu dilakukannya untuk menunjukkan kondisi negara kepulauan Pasifik itu yang berada di garis depan perubahan iklim.
Foto-foto Kofe berdiri dengan setelan jas dan dasi di podium yang didirikan di laut dengan celana digulung telah dibagikan secara luas di media sosial. Aksi itu dilakukan untuk menarik perhatian pada perjuangan Tuvalu sebagai negara pulau yang terletak di dataran rendah yang menghadapi naiknya permukaan laut.
"Pernyataan itu menyandingkan pengaturan COP26 dengan situasi kehidupan nyata yang dihadapi di Tuvalu karena dampak perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut dan menyoroti tindakan berani yang diambil Tuvalu untuk mengatasi masalah mobilitas manusia yang sangat mendesak di bawah perubahan iklim," ujar Kofe dalam pesan videonya untuk COP26.
Video itu direkam oleh stasiun penyiaran publik TVBC di ujung Fongafale, pulau utama di ibu kota Funafuti. Video itu akan ditampilkan pada pertemuan tingkat tinggi COP26 pada Selasa (9/11) saat para pemimpin regional mendorong tindakan yang lebih agresif untuk membatasi dampak perubahan iklim.