Kamis 11 Nov 2021 14:17 WIB

Dibekap Krisis, Aksi Kriminalitas Merebak di Afghanistan

Ada lebih dari 40 penculikan pengusaha di Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Seorang Taliban berjaga di luar rumah sakit militer, sehari setelah ledakan bom dan serangan militan ISIS, di Kabul, Afghanistan, Rabu (3/11/2021). Ada lebih dari 40 penculikan pengusaha di Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa. Ilustrasi.
Foto:

Pemerintahan Taliban di Afghanistan telah mengumumkan pembentukan pengadilan militer. Kehadiran lembaga tersebut bertujuan menegakkan hukum Islam di sana.

Wakil juru bicara Taliban Enamullah Samangani mengungkapkan pengadilan tersebut dibentuk atas perintah pemimpin tertinggi kelompoknya yakni Hibatullah Akhunzada. "(Pengadilan difungsikan menegakkan) sistem syariat, keputusan yang bersifat ketuhanan, dan reformasi sosial," ujarnya pada Rabu (10/11), dikutip laman TRT.

Dia mengatakan Obaidullah Nezami telah ditunjuk sebagai ketua pengadilan. Seyed Aghaz dan Zahed Akhundzadeh akan menjadi wakilnya.

Menurut Samangani, pengadilan militer akan memiliki wewenang untuk menafsirkan keputusan Islam, mengeluarkan keputusan yang relevan dengan hukum perdata Islam, dan yurisprudensi dalam kasus tingkat tinggi. Lembaga itu juga bakal menangani pengaduan, tuntutan hukum, dan petisi terhadap pejabat Taliban, termasuk anggota polisi, tentara, dan unit intelijen.  

Meski saat ini sistem hukum di Afghanistan masih belum sepenuhnya berfungsi, Taliban mengklaim tingkat kejahatan di negara tersebut telah menurun. Mereka mengklaim telah menangkap puluhan pencuri dan penculik sejak mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada pertengahan Agustus lalu.

Taliban pun mengklaim keberadaan ISIS di Afghanistan tak menimbulkan ancaman besar. Mereka yakin masih mampu menangani potensi serangan teror yang dilakukan kelompok tersebut.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengungkapkan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada pertengahan Agustus lalu, sekitar 600 anggota atau simpatisan ISIS di negara itu telah ditangkap. Beberapa di antara mereka adalah wanita.

“Mereka (anggota atau simpatisan ISIS) tidak banyak di Afghanistan karena tak mendapat dukungan dari rakyat,” kata Mujahid dalam konferensi pers pada Rabu (10/11) dikutip laman Al Arabiya.

Dia pun menyinggung ISIS-Khorasan, yakni kelompok yang terafiliasi ISIS di Afghanistan. Menurut Mujahid, tidak seperti ISIS di negara lain di Timur Tengah, sebagian besar anggota ISIS-Khorasan adalah warga lokal. Ia pun meyakinkan ISIS-K tak menimbulkan ancaman bagi negara lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement