Sabtu 13 Nov 2021 11:38 WIB

Negosiasi Batu Bara di KTT Iklim Masih Buntu

Negosiasi soal konsumsi batu bara dan kompensasi negara kaya masih menemui kebuntuan

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Boris Johnson dari Inggris berbicara, selama upacara pembukaan KTT COP26 di Glasgow, Senin, 1 November 2021. Negosiasi soal konsumsi batu bara dan kompensasi negara kaya masih menemui kebuntuan.
Foto: AP/Steve Reigate/Pool Daily Express
Boris Johnson dari Inggris berbicara, selama upacara pembukaan KTT COP26 di Glasgow, Senin, 1 November 2021. Negosiasi soal konsumsi batu bara dan kompensasi negara kaya masih menemui kebuntuan.

REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- Negosiator di Konferensi Perubahan Iklim PBB atau COP26 di Glasgow, Skotlandia masih mencari titik temu untuk menghentikan konsumsi batu bara. Sementara negara-negara harus memperbarui janji mereka dalam memotong emisi terutama dalam masalah uang.

Menteri Kehutanan dan Perubahan Iklim Gabon Lee White mengatakan perundingan sedikit mengalami kebuntuan. Sementara itu Amerika Serikat (AS) didukung Uni Eropa menunda pembicaraan.

Baca Juga

Pengamat dari Power Shift Africa Mohammed Adow mengatakan negara-negara miskin sangat kecewa dengan cara kepemimpinan Inggris dalam membuat rancangan dan membuat pembicaraan ini negosiasi 'negara-negara kaya'. Ia mengatakan negara miskin tidak dapat menerima apa yang telah diajukan.

Mendekati tengah malam, pandangan negara-negara kaya lebih optimistis, memberi petunjuk rancangan baru yang disampaikan Sabtu (13/11) akan memicu perpecahan. Melalui juru bicaranya Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang memimpin rapat mengatakan ia yakin 'hasil ambisius sudah di depan mata'.

Pada Jumat (12/11) lalu Utusan Khusus Perubahan Iklim AS John Kerry mengatakan perundingan iklim 'berhasil'. Hal ini ia katakan setelah bertemu dengan Utusan Khusus Perubahan Iklim China Xie Zhenhua dan sebelum berbincang dengan menteri-menteri India di lorong.

"Saya pikir rancangan ini lebih dekat," kata Xie saat bertemu dengan Kerry di lorong.

Dalam percakapan yang sama, Kerry bertanya mengenai rancangan tersebut pada Xie. "Ya, saya merasa lebih baik mengenainya karena (Presiden COP26) Alok Sharma pria yang cerdas," jawab Xie.

Berdasarkan jadwal, COP26 sudah berakhir pada Jumat pukul 18.00 waktu setempat tapi belum ada kesepakatan yang dicapai. Terkadang hal itu membuat para diplomat lebih bersemangat membuat kesepakatan.

"Budaya negosiasi tidak membuat kompromi yang sulit sampai pertemuan memasuki babak tambahan, seperti yang sekarang kami lakukan," kata pengamat perundingan iklim Alden Meyer dari lembaga think-tank E3G.

"Namun kepemimpinan Inggris masih membuat banyak orang entah bagaimana tidak senang untuk mendapatkan kesepakatan komprehensif yang kami perlu dapatkan di Glasgow," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement