REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Seorang pria bersenjata dari kelompok Hamas membunuh seorang warga sipil dan tiga orang lainnya di Kota Tua Yerusalem. Pemerintah mengatakan pelaku yang orang Palestina itu tewas ditembak mati polisi Israel.
Penembakan ini menjadi serangan kedua dalam empat hari di Yerusalem, di salah satu pintu gerbang menuju Masjid Al-Aqsa. Orang-orang Yahudi menghormati situs tersuci ketiga Muslim itu sebagai sisa dua kuil kuno.
Pada Ahad (21/11) Menteri Keamanan Internal Israel Omar Barlev menggambarkan pelaku penembakan sebagai anggota Hamas di Yerusalem Timur. Barlev mengatakan pelaku menggunakan senapan mesin ringan.
Hamas mengkonfirmasi orang yang diidentifikasi Israel sebagai anggotanya. Pada Jumat (19/11) lalu Inggris menetapkan Hamas yang menguasai Jalur Gaza dan menolak hidup berdampingan dengan Israel sebagai kelompok teroris.
Langkah ini membawa London segaris dengan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Juru bicara kepolisian Israel mengatakan serangan ini melukai dua orang warga sipil yang salah satunya tewas di rumah sakit.
Sementara dua petugas polisi yang berada di lokasi kejadian hanya terluka ringan. Usai serangan ini Perdana Menteri Israel Naftali Bennett memerintahkan pengetatan keamanan di sekitar Yerusalem.
"Pada pagi seperti ini, satu pihak dapat menarik dukungan keputusan (Inggris) untuk menyatakan Hamas, termasuk kelompok yang disebut organisasi sayapnya, sebagai organisasi teroris," kata Bennett pada kabinetnya.
Israel merebut Kota Tua dan bagian lain Yerusalem Timur pada Perang Timur Tengah 1967. Kemudian menganeksasi wilayah-wilayah itu. Masyarakat internasional tidak mengakui pendudukan Israel.
Warga Palestina ingin Yerusalem Timur sebagai ibukota negara mereka di masa depan. Israel mengatakan seluruh kota ibukotanya.