Senin 22 Nov 2021 13:21 WIB

Taliban Minta AS Tanggung Jawab Atas Krisis di Afghanistan

Taliban sebut masalah kemanusiaan sudah ada sebelum kelompok ini kembali berkuasa

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Para petugas menurunkan paket saat pesawat Angkatan Udara Pakistan C-130 mengirimkan makanan dan pasokan medis yang disumbangkan oleh Pakistan untuk rakyat Afghanistan, tiba di Bandara Internasional Hamid Shah Baba di Kandahar, Afghanistan, Jumat (10/9). Taliban sebut masalah kemanusiaan sudah ada sebelum kelompok ini kembali berkuasa. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Para petugas menurunkan paket saat pesawat Angkatan Udara Pakistan C-130 mengirimkan makanan dan pasokan medis yang disumbangkan oleh Pakistan untuk rakyat Afghanistan, tiba di Bandara Internasional Hamid Shah Baba di Kandahar, Afghanistan, Jumat (10/9). Taliban sebut masalah kemanusiaan sudah ada sebelum kelompok ini kembali berkuasa. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Kepemimpinan Taliban mendesak Amerika Serikat (AS) untuk terlibat dalam mengatasi krisis kemanusiaan yang berlangsung di Afghanistan. Taliban memperingatkan AS masalah kemanusiaan sudah ada sebelum kelompok militan tersebut kembali berkuasa.

"Memang benar masalah ekonomi telah diwarisi oleh kepemimpinan baru. Jadi setiap orang harus memenuhi tanggung jawab mereka sendiri untuk mengatasi masalah ini," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri di bawah Taliban, Abdul Qahar Balkhi, dilansir Anadolu Agency pada Senin (22/11).

Baca Juga

Pernyataan Taliban tersebut merupakan tanggapan terhadap Perwakilan Khusus AS untuk Afghanistan, Thomas West. Dalam cuitannya di Twitter, West mengatakan Washington selama bertahun-tahun telah memperingatkan jika Taliban ingin kembali menguasai Afghanistan, maka bantuan kemanusiaan oleh komunitas internasional akan dihentikan. West mengatakan Washington akan melanjutkan diplomasi yang terbuka dengan Taliban.

"Legitimasi dan dukungan harus diperoleh dengan tindakan untuk mengatasi terorisme, mendirikan pemerintahan yang inklusif, serta menghormati hak-hak minoritas, perempuan, dan anak perempuan  termasuk akses yang sama ke pendidikan dan pekerjaan," ujar West.

West mencatat AS akan terus mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Afghanistan. Menurutnya AS mengalokasikan dana sebesar 474 juta dolar AS tahun ini untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada Afghanistan.

"Kami telah menyediakan 474 juta dolar AS tahun ini. Kami mengapresiasi upaya dari Sekutu dan mitra yang melakukan segala upaya untuk membantu PBB dan aktor kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan (rakyat Afghanistan) musim dingin ini," kata West.

Pada Rabu (17/11), Taliban menulis surat terbuka kepada anggota Kongres AS. Dalam surat tersebut, Taliban mendesak Kongres AS untuk bertanggung jawab dalam mengatasi krisis kemanusiaan dan ekonomi yang sedang berlangsung di Afghanistan.

Surat itu ditandatangani oleh Penjabat Menteri Luar Negeri Amir Khan Muttaqi. Dia mengatakan partisipasi AS dalam mengirimkan bantuan kemanusiaan akan membuka pintu bagi hubungan di masa depan, termasuk mencairkan aset bank sentral Afghanistan dan mencabut sanksi.

Muttaqi mengatakan tahun 2021 menandai seratus tahun hubungan antara Afghanistan dan AS. Washington awalnya mengakui Afghanistan pada tahun 1921 dan menjalin hubungan diplomatik pada 1935.

Sejauh ini, aset bank sentral Afghanistan senilai lebih dari sembilan miliar dolar AS telah dibekukan oleh AS. Pembekuan dana ini dilakukan setelah Taliban mengambil alih Afghanistan pada Agustus lalu.

"Ketika bulan-bulan musim dingin semakin dekat di Afghanistan dan dalam keadaan di mana negara kita telah dihantam oleh virus corona, kekeringan, perang, dan kemiskinan, sanksi Amerika tidak hanya merusak perdagangan dan bisnis tetapi juga dengan bantuan kemanusiaan," ujar isi surat yang ditulis Taliban kepada Kongres AS.

Human Rights Watch mendesak pelonggaran sanksi keuangan terhadap Afghanistan. Kelompok tersebut meminta PBB dan lembaga keuangan internasional untuk segera melonggarkan sanksi yang berdampak pada perekonomian dan sektor keuangan Afghanistan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement