Jumat 26 Nov 2021 00:15 WIB

Korban Mendiang Diktator Korsel Chun Doo-hwan Menggugat

Chun Doo-hwan dianggap bertanggung jawab atas pembantaian demonstran di Gwangju

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Christiyaningsih
 Mantan Presiden Chun Doo-hwan (kanan) dan penggantinya Roh Tae-woo berdiri dalam seragam penjara di ruang sidang diadili atas berbagai tuduhan pemberontakan, korupsi dan pembunuhan di Seoul, dalam file foto ini tertanggal 26 Agustus 1996. Chun Doo-hwan dianggap bertanggung jawab atas pembantaian demonstran di Gwangju.
Foto:

Pada Rabu (24/11), sehari setelah kematian Chun, 70 orang yang selamat dari Gwangju, termasuk Kim, mengajukan gugatan terhadap pemerintah untuk meminta kompensasi atas kerusakan emosional. Seorang pejabat di Yayasan Peringatan 18 Mei, Lee Ki-bong, mengatakan beberapa korban telah menerima kompensasi atas kehilangan pekerjaan mereka, tetapi klaim lain untuk kompensasi untuk trauma emosional dan psikologis menghadapi hambatan hukum sampai keputusan Mahkamah Agung pada September.

Sekelompok korban berunjuk rasa pada Kamis (25/11) di luar rumah sakit di mana tubuh Chun dibawa. Mereka memegang spanduk dengan bacaan “go to hell”. Mereka mengutuk beberapa mantan pembantu Chun yang menyebut pemberontakan itu sebagai plot yang diilhami oleh komunis Korea Utara.

Pada November, calon presiden partai konservatif utama, Yoon Suk-yeol, pergi ke Gwangju untuk meminta maaf setelah muncul untuk memaafkan atau memuji Chun dengan mengatakan banyak orang berpikir mantan presiden benar-benar pandai politik, selain dari kudeta dan peristiwa Mei 1980.

Chun tidak akan diberikan pemakaman kenegaraan. Para pejabat mengatakan tuduhan pengkhianatan membuatnya tidak memenuhi syarat untuk dimakamkan di pemakaman nasional.

“Setelah kematian Chun Doo-hwan, berita Korea Selatan tampaknya murni emosi, ketidakpercayaan bagaimana dia tidak pernah meminta maaf,” ujar penulis Korea-Amerika, Suki Kim, dalam cuitannya.

“Sungguh aneh menginginkan permintaan maaf dari seorang diktator yang kejam, beberapa dekade kemudian, seolah-olah mengharapkan keadilan oleh alam semesta yang telah mengizinkan diktator itu,” imbuhnya.

sumber : AP
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement