REPUBLIKA.CO.ID, GAZA - Kelompok perlawanan Palestina Hamas telah meminta Maroko untuk membatalkan perjanjian keamanan dan militernya dengan Israel.
Menyebut langkah itu sebagai "kemunduran", Hamas mengatakan penandatanganan kesepakatan keamanan dan militer dengan Tel Aviv "tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun".
"Kepentingan strategis bangsa Arab di mana Maroko menjadi bagiannya tidak dapat dicapai dengan membuat aliansi dengan musuh bangsa dan musuh rakyat Palestina," kata pernyataan Hamas.
Hamas menyebut kunjungan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz baru-baru ini ke Maroko sebagai "dosa besar bagi rakyat Palestina dan perjuangan mereka".
"[Gantz] adalah penjahat perang yang selalu bangga membunuh orang Arab dan Palestina," kata pernyataan Hamas.
Gantz mengunjungi Maroko pada Selasa untuk kunjungan dua hari, di mana dia menandatangani perjanjian dengan Maroko untuk menjual drone Israel dan sistem "senjata canggih" ke Rabat. Gantz juga menandatangani nota kesepahaman tentang pertahanan antara Israel dan Maroko.
Pada 10 Desember 2020, Israel dan Maroko mengumumkan dimulainya kembali hubungan diplomatik yang terhenti pada 2002. Hal ini menjadikan Maroko sebagai negara Arab keempat yang menormalkan hubungan dengan Israel pada 2020 setelah Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Sudan.
* Ditulis oleh Ahmed Asmar di Ankara