REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Tiga kasus positif COVID-19 varian Omicron ditemukan di Hong Kong. Namun, diperkirakan tidak memengaruhi rencana pembukaan perbatasan tanpa kewajiban karantina bagi para pelaku perjalanan dari dan ke China daratan.
"Saya berharap tidak," kata anggota Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China (NPC) perwakilan Hong Kong, Tam Yiu Chung, dikutip Global Times, Selasa (30/11).
Menurut dia, varian baru tersebut belum diketemukan di lingkungan masyarakat di kotanya.Kepala Eksekutif Wilayah Administrasi Khusus Hong Kong (HKSAR) Carrie Lam pada Sabtu (27/11) meluncurkan kartu kesehatan personal yang terkoneksi dengan kartu kesehatan Provinsi Guangdong, China. Menurut perempuan politikus itu, jika ada satu kasus positif ditemukan di Hong Kong, otoritas China daratan segera memberitahu para pelaku perjalanan ke wilayahnya melalui kartu kesehatan yang sudah terkoneksi tersebut.
Sistem data kesehatan yang dikembangkan HKSAR tersebut kini telah diuji coba secara daring. Media Hong Kong, The Standard, melaporkan rencana pembukaan perbatasan Hong Kong dengan Guangdong tanpa karantina dengan kapasitas 1.000 orang per hari melalui Shenzhen atau Zhuhai bakal diundur hingga akhir Desember mendatang. Pengunduran jadwal tersebut terkait rencana penambahan kuota hingga 5.000 orang per hari.
Sementara itu, otoritas kesehatan HKSAR mencatat adanya tiga kasus Omicron. Kasus ketiga terjadi pada seorang pria berusia 37 tahun yang baru datang dari Nigeria pada Rabu (24/10) dan sekarang sudah dikarantina di hotel, demikian otoritas kesehatan HKSAR dalam temu media, Senin (29/11).
"Kami telah berhasil mengidentifikasi tiga kasus dan mencegah mereka berbaur dengan masyarakat kami," kata Menteri Pangan dan Kesehatan HKSAR Sophia Chan Siu.
Atas keberhasilannya itu, dia yakin rencana pembukaan kembali wilayah perbatasannya dengan China tanpa karantina sama sekali tidak terpengaruh temuan kasus Omicron.