REPUBLIKA.CO.ID, RIGA -- Amerika Serikat (AS) mengatakan memiliki bukti Rusia telah membuat rencana untuk serangan skala besar di Ukraina. Washington menyatakan sekutu NATO siap untuk mengenakan biaya besar kepada Moskow jika mencoba invasi.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menunjuk pada bukti bahwa Rusia telah membuat rencana untuk langkah agresif yang signifikan terhadap Ukraina. Menurutnya langkah-langkah itu termasuk upaya untuk mengacaukan Ukraina dari dalam serta operasi militer skala besar.
Blinken mengatakan tidak jelas apakah Presiden Rusia Vladimir Putin telah membuat keputusan untuk menyerang. "Dia menempatkan kapasitas untuk melakukannya dalam waktu singkat, jika dia jadi putuskan," ujarnya berbicara pada pertemuan para menteri NATO di Latvia.
"Jadi, terlepas dari ketidakpastian tentang niat dan waktu, kita harus bersiap untuk semua kemungkinan sambil bekerja untuk memastikan bahwa Rusia berbalik arah," katanya dikutip dari The Guardian, Kamis (2/12).
Blinken mengatakan telah menemukan solidaritas di antara sesama menteri NATO di Riga. Solidaritas ini pun memperkuat pertahanannya di sisi timur. "AS tidak tergoyahkan dalam dukungan kami untuk kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina dan berkomitmen untuk kemitraan keamanan kami dengan Ukraina" ujar Blinken.
Namun, menteri luar negeri AS ini tidak mengatakan negaranya atau aliansi akan campur tangan secara militer. "Jika Rusia mengikuti jalur konfrontasi, ketika datang ke Ukraina, kami telah menjelaskan bahwa kami akan merespons dengan tegas, termasuk dengan berbagai langkah ekonomi berdampak tinggi yang telah kami hindari di masa lalu,” kata Blinken.
Blinken tidak merinci sifat tindakan itu, tetapi sebagian besar pengamat percaya bahwa proyek pipa Nord Stream 2, yang dimaksudkan untuk membawa gas Rusia ke Eropa, dapat dibatalkan jika ada invasi lain. Pemerintah koalisi Jerman yang baru sudah skeptis tentang skema tersebut.
Menurut Blinken, AS akan menjelaskan konsekuensi kepada para pemimpin Rusia pada waktu yang tepat. Pernyataannya merupakan peringatan terkuat dari pemerintahan Joe Biden sejauh ini.
Pernyataan itu pun disampaikan sehari sebelum Blinken dijadwalkan bertemu dengan mitranya dari Rusia, Sergei Lavrov, di Stockholm. Kondisi kedua negara pun semakin tegang.
Pemerintah Ukraina memperkirakan jumlah pasukan di dekat perbatasannya berkisar antara 90 ribu hingga 100 ribu. Pasukan Rusia menggelar dua latihan militer besar di wilayah tersebut, pada April dan September, dan setiap kali meninggalkan sejumlah besar pasukan dan persediaan peralatan yang substansial. Satelit komersial telah menunjukkan konsentrasi kendaraan militer.
Blinken menunjuk kemungkinan indikator lain dari niat Rusia. "Dalam beberapa pekan terakhir, kami juga mengamati lonjakan besar, lebih dari sepuluh kali lipat, dalam aktivitas media sosial yang mendorong propaganda anti-Ukraina, mendekati level yang terakhir terlihat menjelang invasi Rusia ke Ukraina pada 2014," katanya.