REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Ilmuwan yang pertama kali mendeteksi strain baru Omicron, Sikhulile Moyo, khawatir dengan varian Covid-19 yang bermutasi sangat cepat. Kecepatan mutasi juga menimbulkan pertanyaan tentang evolusi varian Covid-19.
Moyo, yang merupakan direktur Botswana Harvard HIV Reference Laboratory dan peneliti di Harvard T.H. Chan School of Public Health mengatakan, virus tidak mengakumulasi mutasi dalam satu langkah. Dia menambahkan, sangat sulit untuk memahami dengan baik seberapa jaub varian omicron akan berkembang.
“Kami masih mencoba memahami berapa banyak mutasi yang muncul untuk Omicron dalam waktu singkat. Jika Anda melihat garis keturunan sebelumnya, jika Anda melihat alfa, jika Anda melihat beta, Anda dapat melihat mutasi terakumulasi dari waktu ke waktu," ujar Moyo, dilansir Alarabiya, Senin (6/12).
Salah satu teorinya adalah jenis ini atau varian omicron berkembang pada orang dengan kekebalan yang rendah, dan bersarang di tubuh tersebut lebih lama dari biasanya. Hipotesis lain adalah, apakah virus itu bisa dipindahkan dari manusia ke inang hewan, kemudian beradaptasi dengan inang itu dalam waktu yang relatif cepat, dan pindah kembali ke manusia.
Moyo pertama kali mengurutkan sampel pada 11 November. Sampel diambil dari diplomat asing yang diambil di Botswana. Varian tersebut adalah B.1.1.263. Varian ini dikenal sebagai garis keturunan dari varian yang pertama kali terdeteksi pada awal April 2020.
Ketika Moyo mendeteksi lebih dekat varian B.1.1.263, dia melihat bahwa strain tersebut memiliki lebih sedikit mutasi. Setelah meminta informasi lebih lanjut dari Departemen Kesehatan Botswana tentang riwayat orang-orang yang diambil sampelnya, Moyo menemukan temuan varian baru dan memasukannya ke dalam database internasional pada 23 November.
Beberapa jam kemudian, secara terpisah Afrika Selatan melaporkan hal serupa.
Dengan banyaknya perubahan terhadap varian Omicron, Moyo awalnya mengira ini akan menjadi virus yang lemah.
"Sebaliknya, varian (Omicron) dapat mereplikasi dengan cepat dan menghindari bagian dari sistem kekebalan, menyebabkan risiko infeksi ulang yang lebih tinggi," ujar Moyo.
Afrika Selatan mencatat kenaikan jumlah kasus Covid-19 sebanyak empat kali lipat sejak ditemukannya varian Omicron. Varian ini telah menyebar di berbagai negara mulai dari benua Eropa, Amerika, dan Asia. Sebagian besar negara mulai memberlakukan penutupan perbatasan untuk mengantisipasi lonjakan kasus.