REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin menyuarakan kekhawatirannya atas situasi di Afghanistan saat melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, Senin (6/12). Putin secara khusus menyoroti kondisi keamanan di sana.
“Tentu saja, kami prihatin atas segala sesuatu yang terkait dengan terorisme dan perang melawannya, serta dengan narkoba dan kejahatan terorganisasi. Dalam konteks ini, kita tidak bisa tidak prihatin atas situasi di Afghanistan dan bagaimana perkembangannya,” kata Putin, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Menurut Putin, Rusia dan India terus bekerja secara aktif di arena internasional, termasuk terkait Afghanistan. “Memang dalam banyak hal posisi kita mirip,” ucap Putin.
Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada pertengahan Agustus lalu. Sejak saat itu, mereka menghadapi serangkaian serangan bom yang diklaim oleh ISIS. Pada pertengahan November lalu, Taliban melancarkan operasi penumpasan ISIS di wilayah Afghanistan selatan. Empat distrik di Provinsi Kandahar menjadi sasaran.
Sebanyak empat anggota ISIS tewas dan 10 lainnya ditangkap dalam operasi tersebut. Sebelumnya Taliban mengatakan keberadaan ISIS di Afghanistan tak menjadi ancaman besar. Taliban mengklaim, mereka, sedikit banyak, dapat mengendalikan ancaman dari kelompok tersebut.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengungkapkan, sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, sekitar 600 anggota atau simpatisan ISIS di negara itu telah ditangkap. Beberapa di antara mereka adalah wanita. “Mereka (anggota atau simpatisan ISIS) tidak banyak di Afghanistan karena tak mendapat dukungan dari rakyat,” kata Mujahid dalam konferensi pers pada 10 November lalu.
Dia pun menyinggung ISIS-Khorasan, yakni kelompok yang terafiliasi ISIS di Afghanistan. Menurut Mujahid, tidak seperti ISIS di negara lain di Timur Tengah, sebagian besar anggota ISIS-Khorasan adalah warga lokal. Ia pun meyakinkan, ISIS-K tak menimbulkan ancaman bagi negara lain.