Selasa 14 Dec 2021 22:05 WIB

Ironi Vaksin Kedaluwarsa Saat Tingkat Vaksinasi Rendah di Negara Afrika

Negara Afrika menerima sumbangan vaksin dengan umur simpan pendek dari negara donor.

Rep: Kamran Dikarma/Rizky jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Orang-orang menerima vaksin virus corona di Abuja, Nigeria, Senin, 29 November 2021. Nigeria akan menghancurkan 1 juta dosis vaksin Covid-19 kedaluwarsa.
Foto:

Pemerintah Afrika telah menyerukan untuk meningkatkan kampanye vaksinasi Covid-19, agar tidak tertinggal dari negara lain. Namun implementasi vaksinasi di benua Afrika tidak mudah.

Masalah logistik, umur simpan vaksin yang pendek, dan keraguan vaksin membuat target vaksinasi tidak tercapai. 

“Masalah utamanya adalah keraguan vaksin. Jumlah kasus menurun. Mereka bertanya: 'mengapa penting untuk divaksinasi jika penyakitnya tidak ada sekarang'?,” ujar Ousseynou Badiane, yang bertanggung jawab atas peluncuran vaksin Senegal.  

Badiane mengatakan, sebagian besar dosis vaksin yang kedaluwarsa dibuat oleh AstraZeneca. Vaksin tersebut dipasok melalui skema Covax, yang memfasilitasi pembagian vaksin oleh aliansi vaksin GAVI dan WHO.

Tingkat vaksinasi yang rendah di Afrika akan membantu memperpanjang pandemi dan meningkatkan risiko munculnya varian baru, seperti varian omicron. Varian ini pertama kali diidentifikasi di Afrika bagian selatan, dan Hong Kong. Kini varian omicron menyebar di banyak negara.

Senegal telah mencatat lebih dari 74 ribu infeksi Covid-19 dengan 1.886 kematian. Sejauh ini, Senegal telah memberikan hampir 2 juta dosis vaksin atau sekitar 5,9 persen dari populasi.

Badine mengatakan, saat ini Senegal melakukan vaksinasi kepada 1000 atau 2000 orang per hari. Jumlah tersebut menurun dari 15.000 selama musim panas. 

“Kami pesimis dapat menggunakan 200 ribu dosis vaksin sebelum habis masa berlakunya pada akhir bulan ini," kata Badine.

Badiane berharap pemerintah dapat memperkenalkan semacam pembatasan pada orang tidak divaksinasi. Termasuk penggunaan kartu kesehatan seperti yang telah dilakukan oleh negara lain.

 “Tanpa pembatasan, penduduk tidak akan mendapatkan vaksinasi,” kata Badine.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement