Jumat 17 Dec 2021 04:30 WIB

Ironi Kebebasan Beragama India: Masjid di Kashmir Ditutup Setiap Jumat

Masjid Jamia Kashmir ditutup tiap Jumat karena dianggap jadi tempat pemberontak India

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Christiyaningsih
Wanita Muslim Kashmir melakukan salat Jumat berjamaah di Masjid Jamia, masjid agung Srinagar, ibu kota musim panas Kashmir India, 06 Agustus 2021. Masjid Jamia Kashmir ditutup tiap Jumat karena dianggap jadi tempat pemberontak India. Ilustrasi.
Foto:

Bagi umat Islam di kawasan itu, penutupan masjid membawa kenangan menyakitkan di masa lalu. Pada tahun 1819, penguasa Sikh menutupnya selama 21 tahun. Selama 15 tahun terakhir, telah dilakukan pelarangan dan penguncian berkala oleh pemerintah India.

Akan tetapi pembatasan saat ini dinilai paling parah, sejak wilayah itu dibagi antara India dan Pakistan setelah kedua negara memperoleh kemerdekaan dari kolonialisme Inggris pada tahun 1947.

Pemerintah India awalnya bergulat dengan protes publik yang mendesak agar Kashmir bersatu, baik di bawah kekuasaan Pakistan atau sebagai entitas independen. Namun tindakan keras terhadap perbedaan pendapat itu menyebabkan pemberontakan bersenjata di Kashmir melawan India pada tahun 1989. India telah menggambarkan pemberontakan itu sebagai aksi terorisme yang disponsori Pakistan, tuduhan yang dibantah oleh Pakistan.

Konflik bersenjata kembali meningkat setelah Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa pada tahun 2014 dan memenangkan pemilihan kembali dengan telak pada tahun 2019. Pemerintah nasionalis Hindu yang dipimpin Partai Bharatiya Janata Modi memperkuat pendiriannya baik terhadap separatis Pakistan dan Kashmir di tengah meningkatnya serangan oleh Hindu garis keras terhadap minoritas di India. Kondisi ini semakin memperdalam frustrasi di kalangan Muslim Kashmir.

Kebebasan beragama diabadikan dalam konstitusi India, memungkinkan warga negara untuk menganut dan mempraktikkan keyakinan yang dianut secara bebas. Konstitusi juga mengatakan negara tidak akan mendiskriminasi, menggurui, atau mencampuri ibadah agama apa pun. Akan tetapi bahkan sebelum operasi keamanan saat ini di Kashmir, para ahli mengatakan kondisi Muslim India di bawah Modi telah memburuk.

“Masjid Jamia mewakili jiwa iman Muslim Kashmir yang tetap menjadi pusat tuntutan hak-hak sosial dan politik sejak didirikan sekitar enam abad yang lalu. Penutupannya adalah serangan terhadap iman kita,” kata Zareef Ahmed Zareef, seorang penyair dan sejarawan lisan.

Ahmed, seorang jamaah, yang berkunjung ke masjid pada Sabtu mengagumi arsitektur kayu dan bata dengan 378 tiang kayu di masjid Jamia. Dia kemudian mengatakan belum pernah melihat masjid ditutup dan sepi untuk waktu yang lama. “Saya merasa dirampas dan dilanggar. Kami telah mengalami penderitaan spiritual yang ekstrem,” kata Ahmed.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement