REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Pejabat pemerintah India mengatakan lima tentara negara itu tewas dalam baku tembak dengan para pemberontak yang berjuang melawan pemerintahan New Delhi di wilayah Kashmir. Tentara India mengatakan dua tersangka militan juga tewas.
Seorang pejabat militer yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan pertempuran dimulai pada Rabu (22/11/2023), beberapa hari setelah pasukan India mulai mencari para militan di hutan-hutan lebat berdasarkan informasi setidaknya dua orang pemberontak bersembunyi di sana.
Pejabat tersebut menambahkan baku tembak berlanjut secara berkala sepanjang hari Rabu. Baku tembakan ini menewaskan empat tentara dan melukai setidaknya dua lainnya.
Pada Kamis (23/11/2023) di media sosial X, militer menulis para pemberontak juga terluka dalam baku tembak tersebut dan dikepung pasukan India. Tidak disebutkan berapa banyak militan yang terlibat dalam pertempuran tersebut.
Pasukan melanjutkan pencarian mereka, yang menghasilkan baku tembakan pada Kamis di daerah pegunungan dan hutan di distrik Rajouri selatan, dekat Garis Kontrol yang sangat termiliterisasi yang membagi wilayah Himalaya antara India dan Pakistan.
Seorang perwira militer India yang juga tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan dua tersangka militan dan seorang tentara tewas dalam pertempuran tersebut. Perwira tersebut mengatakan salah satu militan adalah seorang warga negara Pakistan, seorang penembak jitu yang terlatih dan ahli dalam menangani bahan peledak, dan beroperasi di daerah tersebut selama satu tahun terakhir.
Pejabat militer tersebut mengatakan dua perwira termasuk di antara lima tentara India yang tewas. Seorang perwira dan dua tentara berasal dari unit pasukan khusus.
Tidak ada konfirmasi independen mengenai baku tembak tersebut. India dan Pakistan masing-masing menguasai sebagian wilayah Kashmir, namun keduanya mengklaim seluruh wilayah tersebut.
Militan di wilayah yang dikuasai India telah memerangi pemerintahan New Delhi sejak tahun 1989. Sebagian besar warga Muslim Kashmir mendukung tujuan pemberontak untuk menyatukan wilayah tersebut, baik di bawah kekuasaan Pakistan atau sebagai sebuah negara merdeka.
New Delhi bersikeras militansi Kashmir adalah terorisme yang disponsori Pakistan. Sebagian besar warga Kashmir menganggapnya sebagai perjuangan kemerdekaan yang sah.
Puluhan ribu warga sipil, pemberontak dan pasukan pemerintah terbunuh dalam konflik ini. Tetapi sejak tahun 2019, kemarahan Kashmir terhadap New Delhi semakin meningkat setelah pemerintah pusat mencabut status semi-otonom dan drastis mengekang perbedaan pendapat, kebebasan sipil dan kebebasan media di wilayah tersebut.
Dalam pernyataannya di media sosial sebuah kelompok militan, Front Anti-Fasis Rakyat, atau PAFF, mengaku bertanggung jawab atas operasi hari Rabu.
Kelompok ini muncul setelah tahun 2019 dan tetap aktif terutama di hutan-hutan pegunungan tinggi di daerah Rajouri dan Poonch, di mana para militannya telah melakukan beberapa serangan mematikan terhadap pasukan India.
Pekan lalu, pasukan pemerintah menewaskan tujuh orang militan dalam dua operasi kontra-pemberontakan yang terpisah. Pertempuran hari Rabu terjadi dua bulan setelah baku tembak besar di Anantnag yang menewaskan tiga tentara India, termasuk seorang komandan, wakilnya, dan seorang perwira polisi.