REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Seorang desainer web Ukraina, Mykola Kholtobin, tidak pernah menyangka bahwa dia secara sukarela ikut berperang membela negaranya. Kholtobin melemparkan granat tiruan ke dalam tank, sebagai bagian dari latihan untuk mempersiapkan invasi Rusia.
Kholtobin yang berusia 32 tahun itu, bergabung dengan puluhan tentara cadangan berpakaian kamuflase di kota Kharkiv, atau sekitar 25 kilometer dari perbatasan Rusia. Dia bersama rekan-rekannya berlatih menghadapi segala kemungkinan jika terjadi serangan.
"(Latihan ini) tidak seseram yang saya kira. Saya mendengar cerita tentang betapa menakutkannya ketika tank melewati Anda. Tetapi ketika saya bersembunyi di parit, saya melihat (tank) lewat di atas saya, dan saya mengulurkan tangan untuk melemparkan granat," kata Kholtobin.
Kholtobin masih bayi ketika Uni Soviet runtuh pada 1991. Dia dibesarkan dengan bahasa Rusia sebagai bahasa pertamanya, seperti jutaan orang lainnya di timur Ukraina yang saat itu baru merdeka.
Pada 2014, Kholtobin secara sadar memihak ke Ukraina. Tepatnya ketika Rusia merebut wilayah Krimea, dan kelompok separatis yang didukung Rusia melancarkan perang dengan pasukan pemerintah di Ukraina timur yang berlanjut hingga hari ini.
“Saya pikir jika mereka menggunakan bahasa (Rusia) sebagai senjata maka saya juga harus (menggunakannya). Saya sudah memikirkan ini sebelumnya tetapi tidak berhasil. Namun dengan dimulainya perang, saya 'meng-Ukrainakan' diri saya sendiri," ujar Kholtobin dalam sebuah wawancara dengan Reuters.
Ukraina menuduh Rusia mengerahkan lebih dari 90 ribu pasukan militer di perbatasan, dan mempersiapkan kemungkinan invasi. Moskow menyangkal tuduhan tersebut. Rusia mengatakan, mereka memiliki hak untuk memindahkan pasukannya di sekitar wilayahnya sendiri, dan manuver tersebut murni defensif. Sebelum bergabung dengan pasukan militer Ukraina Kholtobin sempat bertanya-tanya apakah dia perlu berjuang untuk negaranya.
“Sampai 2014 saya berpikir bahwa tentara adalah semacam peninggalan yang tidak memiliki tempatnya di dunia modern. Siapa yang akan bertarung di Eropa? Ini ide yang gila. Tapi sekarang kedengarannya lebih dari nyata," ujar Kholtobin.
Di tempat latihan yang dingin, anggota Unit Bela Diri Teritorial berbaris dan memberi hormat ketika lagu kebangsaan diputar. Ritual itu biasanya dilakukan sebelum latihan dimulai. Mereka berlatih menangkap musuh, mengevakuasi rekan yang terluka, dan memasang tourniquet pada luka yang terbuka.
Jika situasi mengharuskan Kholtobin untuk terjun ke medan perang, maka dia akan pergi ke pusat rekrutmen militer. Kholtobin mengatakan, dia siap ikut berperang dengan mengerahkan segala kemampuannya.
"Saya siap membantu dengan apa pun yang dibutuhkan. Mungkin mereka perlu seseorang untuk memuat amunisi, atau saya punya mobil dan saya bisa mengangkut yang terluka. Jika mereka memberi saya pistol dan meminta saya untuk melindungi jalan atau berpatroli di pos pemeriksaan (saya akan melakukannya), kami telah berlatih bela diri. Apa pun yang dibutuhkan, akan saya lakukan," kata Kholtobin.
Anggota keluarga Kholtobin secara sukarela juga ikut berpartisipasi dalam latihan perang. Orang tua dan bibi Kholtobin membuat jaring kamuflase untuk pasukan militer. Kholtobin berpendapat, semua orang Ukraina harus mengetahui dasar-dasar pelatihan militer.
"Tidak hanya menjadi pemberat negara, warga sipil harus dilindungi, tetapi setidaknya berkontribusi pada pertahanan negara. Tentu saja saya tidak dapat menjamin bahwa saya akan menjadi pejuang yang tangguh, tetapi setidaknya saya tidak berencana untuk melarikan diri," ujar Kholtobin.