REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS - Kepala NATO pada Kamis mengatakan bahwa pembangunan militer "provokatif" oleh Rusia terus berlanjut meski telah mendapatkan tekanan internasional.
“Kami tidak melihat tanda-tanda bahwa penumpukan [kegiatan militer] ini berhenti atau melambat. Sebaliknya, itu terus berlanjut,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada wartawan setelah pertemuannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Stoltenberg mengatakan selama pertemuan itu mereka membahas pembangunan militer Rusia di dan sekitar Ukraina yang mempersiapkan puluhan ribu pasukan siap tempur, tank, artileri, unit lapis baja, drone, banyak sistem peperangan elektronik. Dia mengatakan mobilisasi substansial tidak memiliki pembenaran. "Ini provokatif, tidak stabil, dan merusak keamanan di Eropa."
Stoltenberg mengatakan bahwa aliansi itu akan berusaha untuk meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan Rusia dan NATO tetap terbuka untuk berdialog dengan Moskow dalam kerangka Dewan NATO-Rusia, sebuah platform kerja sama yang dibuat pada 2002. Namun, dia menegaskan kembali pendiriannya bahwa Rusia tidak memiliki suara apa pun tentang keanggotaan NATO di Ukraina karena keputusan ada di tangan Kiev dan 30 sekutu NATO.
Berbicara tentang kemitraan NATO-Ukraina, Stoltenberg menjelaskan bahwa NATO mendukung negara itu dengan komando dan kontrol pertahanan dunia maya, dan sekutu menyediakan peralatan untuk memperkuat kemampuan tentara Ukraina melalui Badan NATO atau secara bilateral.
Dia juga mencatat bahwa kerja sama NATO dengan Ukraina bersifat defensif dan tidak mengancam Rusia dengan cara apa pun. “Agresor di sini adalah Rusia yang telah menggunakan kekuatan militer melawan Ukraina, secara ilegal mencaplok sebagian Ukraina, Krimea pada 2014,” tambah Stoltenberg.
Pada 2014, Rusia mulai mendukung pasukan separatis di Ukraina timur melawan pemerintah pusat, sebuah kebijakan yang telah dipertahankan selama tujuh tahun terakhir. Moskow dikabarkan memusatkan pasukan militer yang signifikan di dan sekitar Ukraina bulan lalu.