REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) Pfizer akan mulai menguji dosis ketiga vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) atau booster pada anak-anak berusia enam bulan hingga lima tahun.
Pengujian dilakukan setelah penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dosis rendah vaksin tidak dapat memberi perlindungan yang cukup pada kelompok usia tersebut. Pfizer mengatakan booster kemungkinan dapat diberi pada bayi dan anak-anak setidaknya dua bulan setelah pemberian vaksin dosis kedua.
Dengan demikian, diharapkan bahwa perlindungan terhadap Covid-19 dapat diberikan pada kelompok usia muda tersebut. Pfizer mengatakan data klinis menunjukkan bahwa dosis terendah vaksin yang diberikan kepada anak-anak di bawah usia 5 tahun tidak efektif.
Dosis vaksin bervariasi di berbagai kelompok usia yang terlibat dalam penelitian Pfizer. Sebagai contoh, anak-anak berusia 5 hingga 12 tahun menerima dua dosis 10 mikrogram atau sepertiga dari orang dewasa, yaitu dosis 30 mikrogram.
Anak-anak di bawah 5 tahun, termasuk bayi, divaksinasi dengan dosis 3 mikrogram. Pfizer mengklaim bahwa tidak ada masalah keamanan yang diidentifikasi selama uji coba.
lebih lanjut, Pfizer mengatakan akan mencari otorisasi darurat dari rejimen vaksinasi tiga dosis baru untuk anak-anak tahun depan asalkan studi tiga dosis itu berhasil. Pengumuman dari raksasa farmasi ini datang setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada pekan ini melaporkan delapan kasus miokarditis, peradangan jantung yang berpotensi mematikan, pada anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun setelah mereka menerima vaksin Covid-19 dari Pfizer.
Mulai November, semua orang di AS yang berusia lima tahun ke atas memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19. Warga Amerika yang berusia setidaknya enam belas tahun juga memenuhi syarat untuk mendapatkan booster Pfizer, sementara mereka yang berusia delapan belas tahun atau lebih bisa mendapatkan dosis booster dari Moderna atau Johnson dan Johnson.