REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menuduh perusahaan militer swasta (PMC) Amerika Serikat (AS) mempersiapkan provokasi menggunakan senjata kimia di timur Ukraina. Menteri Pertahanan Rusia Sergie Shoigu mengatakan sekitar 120 tentara bayaran sedang bekerja di wilayah Donbass.
Donbass merupakan wilayah konflik, lokasi pasukan Ukraina yang bertempur melawan separatis didukung Rusia sejak 2014 lalu. Di pertemuan Dewan Kementerian Pertahanan Rusia yang digelar di Moskow, Selasa (21/12) kemarin Shoigu menuduh PMC AS melatih militer Ukraina 'untuk operasi pertempuran aktif'.
"Sudah dapat diyakini terdapat lebih dari 120 personel perusahaan militer swasta Amerika di daerah pendudukan Avdiivka dan Priazovskoye di wilayah Donetsk," kata Shoigu seperti dikutip dari Anadolu Agency, Rabu (22/12).
"Mereka melengkapi posisi penembak di gedung-gedung pemukiman dan sebagian besar fasilitas sosial, melatih pasukan operasi khusus dan pasukan bersenjata radikal Ukraina untuk operasi pertempuran aktif," tambahnya.
Shoigu mengklaim perusahaan-perusahaan swasta itu juga mengirimkan 'tank-tank dengan komponen kimiawi yang tidak dikenal' ke kota-kota Avdiivka dan Krasny Estuary. Ia yakin tujuannya untuk memprovokasi.
PBB mencatat pertempuran antara pasukan pemerintah Ukraina dengan separatis yang didukung Rusia di wilayah Donbass sejak tahun 2014 lalu telah menewaskan 13 ribu orang lebih. Wilayah itu salah satu dari beberapa sumber gesekan antara Ukraina dan Rusia.
Seperti aneksasi Rusia pada wilayah Semenanjung Krimea, Ukraina pada 2014 lalu. AS, Turki, dan Majelis Umum PBB mengatakan aneksasi itu ilegal. Akhir-akhir ini Donbass yang terletak di sepanjang perbatasan Ukraina menjadi sorotan karena Rusia mengumpulkan puluhan ribu pasukannya di perbatasan tersebut.
Negara-negara Barat memperingatkan akan ada konsekuensi berat bila Rusia mengambil langkah militer pada Ukraina. Sementara Moskow menuduh Kiev dan sekutu-sekutunya melakukan provokasi.