Rabu 29 Dec 2021 12:57 WIB

Taliban Bebaskan Pemilik Stasiun TV Terkemuka Afghanistan

Taliban sebut penangkapan Noori tidak terkait dengan aktivitas medianya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban berbicara dengan buruh selama upacara peluncuran program oleh Taliban untuk menawarkan gandum sebagai imbalan tenaga kerja, di Kabul, Afghanistan, 24 Oktober 2021 (dikeluarkan 25 Oktober 2021).
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban berbicara dengan buruh selama upacara peluncuran program oleh Taliban untuk menawarkan gandum sebagai imbalan tenaga kerja, di Kabul, Afghanistan, 24 Oktober 2021 (dikeluarkan 25 Oktober 2021).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban, pada Selasa (28/12), membebaskan Mohammad Arif Noori. Dia merupakan pemilik stasiun televisi terkemuka di Afghanistan, yakni Noorin Tv (NTV).

Noorin ditangkap di kediamannya pada Ahad (26/12). Menurut keterangan putra Arif Noori, yakni Roman Noori, pasukan Taliban menggeruduk rumahnya dan melakukan penggeledahan secara sewenang-wenang. Setelah melakukan hal itu, mereka membawa pergi Arif Noori ke lokasi yang tak diketahui.

Baca Juga

Belum diketahui pasti alasan penangkapan Arif Noori. Afghanistan Journalists Center (AFJC) telah mengutuk aksi sewenang-wenang Taliban menangkap Noori. Menurut mereka, tindakan tersebut merupakan pelanggaran dan serangan terhadap kebebasan pers. Pernyataan serupa turut disampaikan The Committee to Project Journalists (CPJ).

“Penahanan pemilik media Arif Noori oleh milisi yang berafiliasi dengan Taliban menandai serangan serius terhadap media independen di Afghanistan,” kata koordinator CPJ Asia Steven Butler dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Voice of America (VoA).

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengungkapkan, penangkapan Noori tidak terkait dengan aktivitas medianya. Namun dia tak menjelaskan atau mengungkapkan alasan mengapa Taliban menangkapnya.

Setidaknya 13 jurnalis telah ditahan atau ditangkap sejak Taliban menguasai kembali Afghanistan pada Agustus lalu. Dalam survei bersama antara Afghanistan Independent Journalists Association (AIJA) dan Reporters Without Borders yang dirilis pekan lalu, disebutkan bahwa 40 persen media massa di Afghanistan telah “menghilang”. Lebih dari 80 persen jurnalis wanita di sana kehilangan pekerjaan selama empat bulan terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement