REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar Iran untuk Indonesia memperingati tahun ke dua insiden pembunuhan Komandan Tertinggi Garda Revolusi Republik Islam Iran (IRGC), Qasem Soleimani. Komandan tertinggi pasukan elite tersebut tewas dalam serangan drone bersenjata oleh Amerika Serikat (AS) ketika sedang berada di Baghdad, Irak.
Dalam sebuah pernyataan, Kedutaan Besar Iran mengatakan, AS harus bertanggung jawab atas kematian Soleimani. Standar ganda AS dalam perlawanan terharap terorisme telah melanggar aturan dan prinsip hukum internasional. Kedutaan mengatakan, tindakan kriminal AS dalam membunuh Soleimani adalah contoh nyata dari sebuah serangan teroris yang direncanakan dan dilakukan secara terorganisir.
"Ini secara terbuka mengungkap kebohongan klaim anti-terorisme AS. Gedung Putih harus bertanggung jawab untuk itu," ujar pernyataan Kedutaan Besar Iran, Senin (3/1).
Menurut hukum dan peraturan internasional, Pemerintah AS memiliki tanggung jawab internasional atas kejahatan tersebut. Dalam konteks tersebut, para dalang, pelaku, eksekutor dan pihak-pihak yang membantu pelaku kejahatan teroris ini harus bertanggung jawab.
Kementerian Luar Negeri Iran bekerja sama dengan lembaga lain, termasuk lembaga yudikatif membawa para pelaku pembunuhan Soleimani ke meja pengadilan. Iran akan terus menindaklanjuti hal ini hingga keadilan ditegakkan.
Selain itu, Iran dan Irak membentuk Komite Investigasi Bersama untuk menindaklanjuti kasus pembunuhan Soleimani dan rombongannya. Komite bersama ini telah mengutuk tindakan teror AS serta akan menindaklanjuti kasus tersebut, hingga para pelaku teror diadili. Pemerintah Iran telah menjatuhkan sanksi kepada para pelaku tindakan teror ini.
Tahun lalu, Iran meminta pemberitahuan merah atau red notice kepada Interpol terhadap puluhan pejabat AS, termasuk Trump. Pengadilan Irak memiliki surat perintah penangkapan terhadap Trump.
Pembunuhan Soleimani membawa Iran dan AS ke ambang perang. IRGC meluncurkan 12 rudal di dua pangkalan AS di Irak, dalam sebuah serangan rudal balistik terbesar terhadap Amerika. Tidak ada korban yang dilaporkan atas serangan tersebut. Tetapi lebih dari 100 anggota militer AS dilaporkan menderita cedera otak traumatis.