REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pasukan Irak menahan sejumlah petugas keamanan sehubungan dengan kematian 20 warga sipil di Irak tengah, Ahad (2/1) waktu setempat. Warga sipil tersebut tewas dalam operasi keamanan untuk menangkap dua tersangka militan di desa Al-Rashayed di provinsi Babel pada Kamis pekan lalu.
Pembunuhan tersebut telah memicu kemarahan di seluruh Irak. Insiden itu memaksa pemerintah untuk meluncurkan penyelidikan.
Baca: Negara-Negara Eropa Dikepung Kasus Covid-19 Omicron
Pejabat keamanan yang tidak menyebutkan identitasnya mengatakan, beberapa personel keamanan, termasuk petugas ditangkap terkait dengan operasi fatal tersebut. Namun, dia tidak memberikan angka pasti.
"Penyelidikan menunjukkan bahwa inti masalahnya adalah perselisihan keluarga antara kepala keluarga dan salah satu menantunya," kata pejabat itu seperti dikutip laman Middle East Monitor, Senin (3/1).
Baca: India Gencar Vaksinasi Remaja demi Antisipasi Covid-19 Omicron
Dia beralasan, menantu yang berprofesi sebagai polisi itu memberikan informasi palsu bahwa mertuanya menyembunyikan dua teroris di rumahnya. "Pasukan keamanan berusaha menangkap korban, tetapi dia menolak untuk menyerah, yang menyebabkan baku tembak," kata pejabat keamanan itu.
Baca: UEA Larang Warga Belum Vaksinasi Pergi ke Luar Negeri