Selasa 04 Jan 2022 10:05 WIB

Lima Raksasa Dunia Sepakat Cegah Perang Nuklir

Untuk pertama kali anggota tetap Dewan Keamanan PBB serukan pencegahan senjata nuklir

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Polisi Rusia yang mengenakan topeng pelindung berbaris di depan rudal nuklir strategis Rusia RS-24 Yars yang bergerak di sepanjang jalan sebelum latihan malam parade militer Victory di Lapangan Merah, di Moskow, Rusia, 17 Juni 2020. Untuk pertama kali anggota tetap Dewan Keamanan PBB serukan pencegahan senjata nuklir.
Foto:

Amerika Serikat berkomitmen akan menjatuhkan sanksi ekonomi yang sangat keras jika Rusia melakukan invasi ke Ukraina. Rusia dan AS berencana menggelar pembicaraan tentang keamanan Eropa di Jenewa pada 10 Januari.

Sementara itu, kebangkitan China di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping juga menimbulkan kekhawatiran. Ketegangan antara Beijing dan Washington dapat menyebabkan konflik terutama di Taiwan.

Gagasan perang nuklir tidak dapat dimenangkan telah dicetuskan oleh pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan pada tahun 1985. Kepala Proliferasi Senjata Pusat Kebijakan Keamanan di Jenewa, Marc Finaud, mengatakan ini adalah pertama kalinya lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB menyerukan pencegahan senjata nuklir.

"Mereka telah memimpin dan kembali ke doktrin ini setelah tuntutan dari negara-negara non-nuklir dan LSM," kata Finaud.

Dalam sebuah opini di media internasional yang diterbitkan akhir tahun lalu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggambarkan keberadaan 13 ribu senjata nuklir di seluruh dunia. Hal ini sebagai ancaman yang berkembang, dengan risiko bahwa senjata itu dapat digunakan kapan pun sejak Perang Dingin.

"Pemusnahan nuklir hanyalah salah satu kesalahpahaman atau salah perhitungan," kata Guterres yang menggambarkan senjata nuklir sebagai "pedang Damocles" di dunia.

Pada Senin (3/1/2022) juru bicara Guterres, Stephane Dujarric, mengatakan sekretaris jenderal PBB menyambut baik pernyataan bersama lima kekuatan negara untuk mencegah penggunaan senjata nuklir. "Sekretaris Jenderal menyatakan kembali apa yang telah dia katakan berulang kali yaitu satu-satunya cara untuk menghilangkan semua risiko nuklir adalah dengan menghilangkan semua senjata nuklir," kata Dujarric dalam sebuah pernyataan.

Jean-Marie Collin dari International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) menyambut baik deklarasi positif tersebut. Dia berpendapat setiap negara dapat memodernisasi dan memperbarui persenjataan mereka. Namun pada saat yang sama, mereka dapat merusaknya.

NPT mengakui China, Prancis, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat sebagai kekuatan senjata nuklir. Namun India dan Pakistan juga telah mengembangkan senjata nuklir. Sementara Israel secara luas diyakini memiliki senjata nuklir tetapi tidak pernah mengakuinya secara resmi.

Ketiga negara ini tidak ikut ambil bagian dalam penandatangan NPT. Korea Utara, yang juga telah mengembangkan senjata nuklir, menarik diri dari NPT pada 2003.

sumber : AFP/Channel News Asia
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement