REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Dua pesawat nirawak (drone) bermuatan bahan peledak ditembak jatuh pada Selasa (4/1/2022) oleh pertahanan udara Irak saat mendekati pangkalan udara Ain al-Asad, yang menampung pasukan Amerika Serikat, di sebelah barat Baghdad. Peristiwa itu diungkapkan oleh seorang pejabat koalisi militer internasional pimpinan AS.
Para pejabat AS dalam beberapa pekan terakhir telah memperingatkan bahwa mereka memperkirakan ada peningkatan serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah, sehubungan dengan peringatan tahun kedua pembunuhan jenderal utama Iran Qassem Soleimani. Soleimani terbunuh pada 3 Januari 2021, dalam serangan pesawat tak berawak di dekat bandara Baghdad. Serangan terjadi atas perintah presiden AS saat itu, Donald Trump.
Baca: Prancis Selidiki Dugaan Terorisme dalam Ledakan Reli Dakar di Arab Saudi
Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Senin (3/1/2022) mengatakan bahwa Trump harus diadili atas pembunuhan Soleimani. Jika tidak, katanya,Teheran akan membalas dendam. Sebelumnya, satu serangan serupa digagalkan pada Senin (3/1/2022) ketika pertahanan udara Irak menjatuhkan dua pesawat tak berawak mendekati pangkalan yang menampung pasukan AS di dekat bandara internasional Baghdad.
Baca: Taliban: Rusia Rencanakan Investasi Minyak dan Gas di Afghanistan
Secara terpisah, pejabat lain pasukan koalisi mengatakan kepada Reuters bahwa koalisi telah melakukan serangan terhadap suatu "ancaman yang mungkin segera terjadi" setelah mereka melihat beberapa tempat peluncuran roket di dekat Green Village di Suriah. Walaupun pejabat yang menjadi narasumber itu tidak menyebutkan negara mana dalam koalisi itu yang melakukan serangan atau siapa yang bertanggung jawab atas tempat-tempat peluncuran roket itu, pasukan milisi yang didukung Iran telah beberapa kali menargetkan pasukan AS di Irak dan Suriah.
Baca: Presiden Kazakhstan Umumkan Keadaan Darurat Seusai Protes Membesar
Amerika Serikat memimpin koalisi militer internasional untuk memerangi militan ISIS di Irak dan di Suriah. Ada sekitar 900 tentara AS di Suriah dan 2.500 lainnya di Irak.