REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Mantan wakil penasihat keamanan nasional untuk otoritas Israel, Chuck Freilich, memperingatkan, secara teknis Iran memiliki waktu beberapa pekan ke depan untuk membuat senjata nuklir pertamanya. Dalam wawancara podcast dengan Haaretz pada Selasa (4/1),Freilich mengatakan, dalam waktu setengah tahun Iran memiliki uranium yang diperkaya dengan tinggi untuk membuat bom nuklir.
“Namun, itu hanya komponen uranium yang kritis. Yang lainnya adalah persenjataan, kemampuan untuk mengambil hulu ledak dan memperkecilnya, meletakkannya di rudal dan membuat hulu ledak yang dapat menahan panas dan tekanan saat masuk kembali ke atmosfer. Mereka belum ada di sana," kata Freilich, dilansir Sputnik, Rabu (5/1).
Freilich yang sekarang bekerja sebagai rekan senior di Harvard's Kennedy School of Government memperingatkan, serangan Israel terhadap infrastruktur nuklir Iran hanya memperlambat waktu mereka untuk membuat senjata nuklir selama dua atau tiga tahun.
Freilich berpendapat, Iran telah melakukan pengayaan uranium yang melewati ambang batas sehingga mereka mengetahui kemampuannya. Bahkan, menurut Freilich, Amerika Serikat (AS) tidak akan mampu menghancurkan nuklir Iran. "Jadi, bahkan jika Anda menghancurkannya menjadi abu, Iran dapat membangunnya kembali. Bahkan Amerika Serikat, dengan segala kemampuan dan status adidaya militernya, tidak dapat menghancurkan program nuklir Iran sepenuhnya karena Iran tahu bagaimana menyusun kembali," ujar Freilich.
Freilich mengatakan, jika menyerang fasilitas nuklir Iran, Israel akan menerima tindakan balasan secara langsung dari Iran maupun dari sekutu regional Teheran. Terutama dari Hizbullah di Lebanon. Freilich mengatakan, Hizbullah membangun gudang senjata dan memiliki sekitar 150 ribu roket.