Kamis 06 Jan 2022 13:28 WIB

Aroma Nepotisme Mantan Presiden dalam Kisruh Bahan Bakar di Kazakhstan

Mantan presiden pertama Kazakhstan beserta keluarga memonopoli bisnis minyak dan gas

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin, kiri, dan mantan presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev berfoto sebelum pembicaraan mereka di Nur-Sultan, Kazakhstan, Kamis, 19 Agustus 2021. Mantan presiden pertama Kazakhstan beserta keluarga memonopoli bisnis minyak dan gas.
Foto:

Dia mengungkapkan Nazarbayev dan keluarganya menguasai berbagai sektor ekonomi di Kazakhstan. Menantunya, misalnya, menguasai bisnis minyak dan gas di negara tersebut. "Semua orang mengerti, monopolilah yang berada di balik kenaikan (LPG)," ujar Jardemalie.

Selama dekade 90-an, jargon utama pemerintahan Nazarbayev adalah "economy first". Dia membiarkan perusahaan swasta berkembang sambil memperkuat kontrol politiknya guna mendominasi parlemen. "Kemudian dia mulai mengambil alih ekonomi sektor per sektor," ungkap Jardemalie.

Dia menyebut keluarga Nazarbayev selalu menguasai industri minyak dan gas serta sumber daya alam lainnya. Akan tetapi seiring waktu, mereka turut mengambil alih industri lain seperti konstruksi, perbankan, telekomunikasi, dan ritel. "Sekarang kami memiliki keduanya; monopoli politik dan ekonomi Nazarbayev serta klannya," ucapnya.

Berbeda dengan demonstrasi yang pernah dihadapi pemerintah Kazakhstan pada 2016 dan 2019, kali ini massa pengunjuk rasa tampaknya bergerak tanpa pemimpin. Mereka bertekad menenggelamkan rezim Nazarbayev.

Tokayev telah mengumumkan Nazarbayev akan mundur dari jabatannya sebagai kepala Dewan Keamanan. Namun hanya sedikit yang percaya hal itu dapat memuaskan pengunjuk rasa.

Saat ini, keadaan darurat telah diberlakukan di beberapa tempat, termasuk kota terbesar di Kazakhstan, Almaty. Koneksi internet diblokir di seluruh kota di negara tersebut. "Saya percaya Kazakhstan bukanlah negara gagal. Kami dapat mengubah sistem dan jatuhnya rezim adalah masalah waktu. Rezim saat ini tidak akan mampu menyelesaikan krisis, ia hanya dapat memperpanjang keberadaannya sendiri," ujar Jardemalie.

sumber : Reuters/Aljazirah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement