REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron memprovokasi aksi protes di parlemen dan oposisi. Dia menggunakan kata-kata vulgar untuk menggambarkan strateginya menekan para penolak vaksin untuk mendapatkan suntikan saat infeksi melonjak.
Anggota parlemen oposisi memprotes dengan keras ketika Menteri Kesehatan Prancis, Olivier Veran, berusaha membela pilihan kata-kata presiden. Perdebatan parlemen seputar aturan tentang penyebaran virus Corona yang memanas berlanjut hingga Rabu (5/1) pagi dan kemudian dihentikan lagi.
Veran mengatakan, wawancara Macron menunjukkan niatnya, di atas segalanya, untuk melindungi penduduk. Namun, para kritikus menuduh Macron berperilaku tidak pantas sebagai presiden.
Macron dinilai menargetkan kelompok yang tidak divaksinasi untuk mendapatkan dukungan dari 90 persen orang dewasa Prancis yang sepenuhnya divaksinasi. Macron akan menghadapi pemilihan kembali pada April.
Macron menggunakan kata Prancis "emmerder" yang berakar dari kata Prancis untuk "omong kosong" dan memiliki arti membuat gusar atau mengganggu. Pernyataan itu muncul dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh Le Parisien pada Selasa (4/1/2022) malam.
"Yang tidak divaksinasi, saya benar-benar ingin mengganggu mereka. Dan kami akan terus melakukannya, sampai akhir. Itulah strateginya,” tulis Le Parisien mengutip pemimpin Prancis itu dalam wawancara di Istana Elysee.
Presiden Prancis itu mengatakan memiliki pikiran yang baik untuk mencalonkan diri dalam pemilihan kembali. Namun, dia tidak secara eksplisit mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri. "Saya ingin melakukannya," kata Macron.