REPUBLIKA.CO.ID, ALMATY - Sejumlah kendaraan lapis baja pengangkut personel dan puluhan pasukan pada Kamis (6/1/2022) pagi bergerak memasuki alun-alun utama di kota terbesar Kazakhstan, Almaty. Lokasi itu adalah tempat ratusan massa menggelar aksi hari ketiga untuk memprotes pemerintah, menurut koresponden Reuters dari lokasi kejadian.
Wartawan Reuters menyebut suara tembakan terdengar saat pasukan mendekati massa. Stasiun TV pemerintah pada Kamis melaporkan Bank Nasional Kazakhstan memutuskan untuk menangguhkan seluruh lembaga keuangan. Sebagian besar jaringan internet di negara itu juga mati.
Di sekitar Kazakhstan, aksi protes yang awalnya dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar itu menewaskan delapan polisi dan tentara garda nasional pada Selasa dan Rabu. Situasi itu mendorong presiden Kazakhstan untuk meminta bantuan dari aliansi keamanan pimpinan Rusia, yang menawarkan pengiriman pasukan penjaga perdamaian.
PBB mencermati kerusuhan di Kazakhstan dengan rasa khawatir dan meminta semua pihak untuk menahan diri. Demikian kata juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric pada Rabu (5/1/2022). "Tentu saja kami mengikutinya dengan rasa cemas dan memantau situasi di Kazakhstan. Saya rasa sangat penting bagi semua pihak yang terlibat dalam peristiwa saat ini untuk menahan diri, menahan diri dari kekerasan dan mengusulkan dialog dalam menyelesaikan semua isu yang terkait," kata Dujarric.
Jubir itu mengatakan PBB mempunyai satu kantor negara dan perwakilan lainnya di Kazakhstan. Tidak ada ancaman keamanan terhadap staf PBB di negara tersebut.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev pada Rabu mengatakan bahwa dirinya berniat "bertindak setegas mungkin" saat situasi di negara tersebut "semakin genting". Sebelumnya pada Rabu, Tokayev juga menandatangani keputusan presiden untuk menerima pengunduran diri pemerintah Kazakhstan.