Rabu 12 Jan 2022 23:17 WIB

Distribusi Rantai Pasok di Jerman Terancam Kacau Gara-Gara Omicron

Omicron menyumbang lebih dari 44 persen kasus Covid-19 di Jerman.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN — Asosiasi perdagangan Jerman, BGA memperingatkan adanya potensi gangguan rantai pasokan berbagai produk di tengah wabah akibat varian Omicron saat ini. Meski demikian, BGA mengatakan bahwa keruntuhan jangka panjang dari rantai pasokan mungkin tidak akan terjadi.

Industri Jerman dalam beberapa waktu terakhir dilanda kekurangan pasokan microchip dan komponen lainnya. Sementara, meningkatnya kasus Covid-19 di awal tahun ini dilaporkan mengaburkan prospek retail atau pengecer di Jerman. BGA mengatakan gangguan besar-besaran ini sementara akan terjadi. 

Baca Juga

"Tidak ada risiko keruntuhan, tetapi gangguan besar-besaran pada rantai pasokan, setidaknya untuk sementara," ujar Presiden BGA Dirk Jandura, dilansir Metro.US, Rabu (12/1/2022). 

Jandura mengatakan meski banyak pedagang grosir di seluruh dunia telah membuat rantai pasokan lebih fleksibel. Gangguan pada jaringan pengiriman global mungkin masih terjadi.

“Anda tidak dapat sepenuhnya melindungi diri Anda dari pandemi global,” jelas Jandura, yang juga menyerukan dukungan Pemerintah Jerman melalui penurunan harga energi dan listrik serta bentuk bantuan lainnya.

Omicron menyumbang lebih dari 44 persen kasus Covid-19 di Jerman. Hingga Selasa (11/1/2022), negara ini mengkonfirmasi 45/690 kasus, atau 49,5 persen lebih banyak dibandingkan satu pekan lalu. 

Penyebaran Omicron yang cepat dikhawatirkan mendorong Pemerintah Jerman kembali menerapkan aturan pembatasan untuk kunjungan di tempat-tempat publik, seperti restoran dan bar. Termasuk juga terkait aturan periode karantina yang ditetapkan untuk kedatangan warga. 

Kamar Dagang Jerman (DIHK) menyambut baik aturan isolasi baru. Namun, pihaknya mengatakan prihatin dengan  sektor logistik, yang sudah menderita kekurangan staf, memperingatkan konsekuensi untuk ritel makanan dan sektor produksi medis.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement